jpnn.com - Tiga hari lagi (4/7) Ant-Man and the Wasp tayang di bioskop. September tahun lalu, Jawa Pos berkesempatan untuk datang ke lokasi syuting sekuel Ant-Man tersebut di Pinewood Atlanta Studios, Georgia, Amerika Serikat.
Selain melihat proses syuting, koran ini melakukan wawancara dengan sosok-sosok di depan hingga belakang layarnya.
BACA JUGA: Paul Rudd Rasakan Ikatan Persaudaraan dengan Semut
"Ikutlah bersama kami. Kami membutuhkanmu untuk melakukan misi ini. Kami rasa, sedikit lagi akan menemukan mom. Sedikit lagi kami akan menemukan Janet.’’ Ajakan Hope van Dyne/The Wasp dan Dr Hank Pym kepada Scott Lang/Ant-Man itulah yang membuka pintu cerita di film ke-20 yang dirilis Marvel Studios dalam jagat Marvel Cinematic Universe (MCU) tersebut. Produser Stephen Broussard yang mengatakannya dalam sesi wawancara khusus di Pinewood Atlanta Studios.
Ant-Man/Scott Lang kali terakhir terlihat saat memihak Captain America/Steve Rogers yang melanggar perjanjian Sokovia di Captain America: Civil War (2016). Dia tertangkap dan dipenjara dalam Raft yang akhirnya bisa dikeluarkan Rogers. ’’Ya, kami menggunakan momen tersebut untuk melompat ke cerita sekuel ini,’’ tegasnya. Lang akhirnya jadi tahanan rumah selama dua tahun. ’’Kalau bisa menjaga diri tidak terlibat dalam masalah, dia terbebas dari hukuman,’’ lanjut Broussard. Namun, akhirnya Lang memutuskan bergabung dengan The Wasp untuk menyelesaikan misi, menguak rahasia masa lalu keluarga Pym.
BACA JUGA: Teknologi Mutakhir Dell di Balik Film Ant-Man and the Wasp
Ketika Jawa Pos berkunjung ke lokasi syuting, proses pengambilan gambar sudah berjalan setengah. ’’Ini hari ke-39. Pas setengah jalan. Sebab, totalnya kami syuting 78 hari,’’ jelas Broussard. Pemain yang mendapatkan jadwal syuting pada hari itu adalah Paul Rudd, Evangeline Lilly, Laurence Fishburne (Dr Bill Foster), dan Hannah John-Kamen (Ghost).
Kamis itu (21/9/17) adalah hari pertama pengambilan gambar Evangeline Lilly sebagai The Wasp dan Paul Rudd sebagai Ant-Man dengan kostum lengkap dari ujung kepala hingga ujung kaki. ’’Saya lompat-lompat kegirangan saking excited-nya,’’ ungkap Lilly.
BACA JUGA: Pertanyaan Besar Pasca-Infinity War: Di Mana Ant Man?
Scene ketika Ant-Man dan The Wasp satu frame dengan kostum lengkap adalah hal besar dalam proses syuting. Lilly pun menyatakan bahwa keduanya terlihat cute dengan kostum tersebut. ’’It’s so adorable. Dua karakter itu sungguh superhero yang serasi. Boy girl superheroes,’’ ucapnya antusias.
The Wasp menjadi karakter perempuan pertama yang dijadikan judul dalam film MCU. Broussard menegaskan, mereka menghadirkan sosok The Wasp dalam cerita dengan sangat serius. ’’Dia 100 persen co-lead,’’ tegasnya.
Kehadirannya di film tersebut bukan hanya sebagai pendamping pahlawan. ’’Cerita film itu tentang Ant-Man dan The Wasp. Tentang mereka berdua,’’ lanjutnya.
Bisa dibilang, itulah yang menjadi perbedaan besar jika dibandingkan dengan film pertamanya. Pada film pertama, Hope van Dyne hanyalah Hope. Porsi perannya tidaklah besar. Dia pun tak memakai kostum. ’’Tapi, kami melihat bahwa Evangeline selalu mendalami karakter dengan apik. Dia super tough dan punya range yang lebar ketika harus memerankan The Wasp dan Hope di film kedua tersebut,’’ puji Broussard.
Sebab, itu akan menjadi bagian yang sangat emosional buat Hope, yang diceritakan hubungannya dengan sang ayah, Hank Pym, tidak begitu hangat. Ditambah dia kehilangan ibunya selama 30 tahun.
Perubahan emosi yang harus ditampilkan Hope di film kedua tersebut rupanya menjadi bagian yang cukup sulit untuk Evangeline Lilly. ’’Minggu pertama syuting itu rasanya sangat mengerikan,’’ ujarnya. ’’Karakter tersebut tak banyak berubah dalam rentang waktu itu (sejak film pertama, Red),’’ imbuhnya.
Lilly merasa tidak yakin melakukannya dengan benar. ’’Kami jelas ingin Hope berubah karena arus emosi yang dia alami melalui film pertama,’’ tambahnya. Memperbaiki hubungan yang rusak dengan ayah setelah 30 tahun seharusnya memiliki efek yang mendalam pada seseorang. Hal itulah yang ingin ditampilkan dalam karakter Hope di Ant-Man 2.
Perasaan tersebut membuat Lilly merasa goyah pada minggu pertama syuting. ’’Saya selalu berpaling kepada sutradara dan bertanya, apakah ini Hope? Apakah kamu melihat Hope barusan?’’ ceritanya.
Sulit, katanya. Sebagai aktris, dia tidak bisa memainkan dua orang berbeda dari film satu ke film lanjutannya. Padahal, karakternya tetap sama. Hope van Dyne. ’’Namun, setelah kami menemukannya, oh, ini Hope, terasa sangat nyaman buat saya,’’ ungkap Lilly.
Meski itu menjadi film emosional untuk Hope/The Wasp, Ant-Man 2 tetap akan jadi film yang light. ’’Tetap lucu seperti film pertamanya. Kami tidak menghilangkan hal tersebut,’’ tegas Stephen Broussard.
Sutradara Peyton Reed pun menguatkan penjelasan Broussard. ’’Ant-Man 2 ini agak terasa seperti film Midnight Run (1988) atau After Hours (1985). Tapi, juga ada rasa seperti film kriminal adaptasi novelnya Elmore Leonard,’’ jelasnya.
Dua film yang disebut Reed adalah film bergenre action comedy. Selanjutnya, Elmore Leonard dikenal sebagai penulis novel dengan cerita crime fiction dan suspense thriller. ’’Akan muncul banyak karakter di film tersebut. Bukan hanya karakter yang kita tahu dari film pertama, tapi juga ada banyak villain dan karakter antagonis yang lebih, uh, kriminal jalanan,’’ tuturnya. (c22/jan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menanti Kejutan Infinity War, Bab Terakhir The Avengers
Redaktur & Reporter : Adil