jpnn.com - CIKEUSIK dan Cikeas adalah nama dua tempat berbeda yang kalau disebutkan akan mengingatkan kita pada “harapan dan kenyataan” yang berbeda, dalam konteks yang juga berbeda, tapi muaranya ternyata bisa sama
Cikeas, seperti sudah sama-sama kita ketahui, adalah sebuah desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
BACA JUGA: Musim Gugur Rezim Kebohongan
Salah satu rumah di Cikeas merupakan kediaman resmi Presiden YudhoyonoBACA JUGA: Gaji Naik dan Kebohongan Publik
Karena itu, harapan bisa menyejahterakan rakyat tertumpu kepadanya.Pada periode pertama (2004-2009), saat berpasangan dengan M Jusuf Kalla, harapan rakyat memang belum kunjung terjadi
Akan tetapi, sialnya, sejak hari pertama, tokoh utama Partai Demokrat yang berganti pasangan dengan Boediono ini, sudah didera berbagai isu negatif
BACA JUGA: Bohong Itu Indah
Mulai dari skandal rekayasa IT KPU hingga rekayasa bailout Bank Century yang merugikan keuangan negara hingga Rp 6,7 triliun.Sejak itu, pemerintah seperti tersandera oleh dua kasus besar ituAkibatnya, segala tindak-tanduknya dalam pemerintahan harus terus-menerus berkompromi dengan kekuatan politik yang menyanderanyaTentu saja hal ini membuat nasib rakyat jadi terbengkalaiSehingga tak bisa mendeteksi dan merasakan nasib rakyat yang kian megap-megap
Mungkin sampai sekarang juga tidak tahu enam anggota keluarga Jamhamid, yang tinggal di Desa Jebol, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, meninggal dunia akibat keracunan makanan tiwul yang terbuat dari bahan ketela pohon (singkong)Keluarga yang termiskinkan oleh berbagai kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat ini, terpaksa mengganti makanan pokoknya dari nasi (beras) ke tiwul (singkong) yang jauh lebih murah, tapi resikonya keracunan kalau dikonsumsi berlebhan.
Sementara Cikeusik (arti harfiahnya Kali Pasir), adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pandeglang, BantenDi kawasan ini ada Kampung Peundeuy (artinya pete), di Desa UmbulanDi situlah tempat warga Ahmadiyah tinggalSemula mereka aman dan tenteram hidup menyatu dengan warga setempatSampai kemudian, Ahad pekan lalu (6/2), semuanya berubah menjadi horor yang mengejutkan.
Ratusan orang dari luar kawasan, datang menyerang tempat mangkal warga Ahmadiyah ituPemukulan, penganiyaan hingga pembunuhan keji menimpa warga AhmadiyahAparat keamanan yang biasanya sensitif terhadap kerumunan massa yang menentang pemerintahan Yudhoyono, kali ini seperti tertidurHanya satu dua orang yang tampakDalam video yang dipancarluaskan melalui jaringan You Tube, dunia pun menyaksikan video horor yang keji itu.
“Penyerangan brutal terhadap pangikut Ahmadiyah mencerminkan kegagalan pemerintah,” komentar Donna Guest, Deputi Direktur Amnesti Internasional untuk kawasan Asia Pasifik.
Pandangan serupa juga muncul dari sejumlah tokoh nasionalTak heran bila headline surat-surat kabar bunyinya kurang lebih seragam: Negara Gagal Lindungi Warga…!
Tragedi Cikeusik, yang (sehari) kemudian disusul peristiwa kerusuhan SARA di Temanggung, Jawa Tengah, memang sangat mengejutkanBukan hanya peristiwanya, tapi juga reaksi publik atas semua kejadian itu.
Ternyata sekarang kejadian yang berbau suku, agam, ras dan antargolongan itu, tidak serta merta ditanggapi dengan emosiTapi dengan akal dan kecerdasan yang mengagumkanMakanya, meskipun pemberitaannya lumayan gencar, tapi masyarakat tak melupakan kasus-kasus sebelumnya
Publik tetap masih ingat “kebongan pemerintahan Yudhoyono” yang dilontarkan para tokoh lintas agama, kemiskinan yang makin nyata dirasakan, dan ancaman kelangkaan pangan yang mencemaskan.
Terbukti sudah, kekuatan isu ternyata tak bisa mengalihkan apa yang sedang kita rasakan! ¨
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jebolnya Benteng Terakhir Kesabaran Publik
Redaktur : Tim Redaksi