jpnn.com - JAKARTA – Setelah pemerintah berhasil membebaskan 4 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera Abu Sayyaf di Filipina, tampaknya publik akan disuguhi berbagai pemberitaan seputar dinamika politik di Tanah Air. Salah satunya terkait penyelenggaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Bali, 14-17 Mei mendatang.
Munaslub Partai Golkar dapat dibaca sebagai cara bijak para elite partai berlambang pohon beringin itu untuk mengakhiri konflik yang menerpa hampir 1,5 tahun. Pertanyaannya, apakah Munaslub Golkar ini dapat mengakhiri konflik? Apakah caketum terpilih pada Munaslub ini dapat mengembalikan kejayaan Golkar seperti pada era Orde Baru?
BACA JUGA: Pak Kiai Gelar Tablig Masuk Surga Sekeluarga
Pertanyaan lainnya, apakah caketum terpilih nantinya kembali melanjutkan tradisi Partai Golkar untuk tetap berada di dalam pemerintahan, dalam artian akan mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla?
Mulawarman, penulis buku “Konflik Golkar, Siapa Yang Bermain?” mengungkapkan, Munaslub tidak akan menyelesaikan konflik di internal Golkar. “Potensi konflik tetap ada,” tegas Mulawarman di Pressroom DPR, Jakarta, Jumat (13/5).
BACA JUGA: Banyak Kader Terjerat Korupsi, Golkar Harus Dipimpin Orang Bersih
Menurutnya, konflik yang terjadi dalam tubuh Partai Golkar tidak terlepas dari pertarungan para elite partai dalam pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) 2014 lalu. Selain pertarungan di internal Partai Golkar, Mulawarman juga mensinyalir adanya keterlibatan pihak ketiga yang semakin memperuncing situasi politik khususnya di internal petinggi Golkar.
“Patut diduga kuat bahwa konflik Golkar ada campur tangan pihak ketiga,” tegas Mulawarman.
BACA JUGA: Jokowi Dinilai Komitmen Bangun Wilayah Perbatasan
Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, Idrus Marham tidak menampik bahwa kisruh kepengurusan partainya yang berlarut-larut telah berdampak negatif bagi Golkar selaku partai politik.
“Bisa jadi, keasyikan berkonflik di tataran elitenya, membuat tergerus keyakinan terhadap partai beringin ini,” kata Idrus dalam sambutan pengantar buku karya Mulawarman tersebut.
Menurut Idrus, konflik yang berkepanjangan ini sudah saatnya dihentikan. Jika tidak ada penyelesaian yang memadai, maka partai besar yang pernah menguasai politik Indonesia ini bisa bergeser menjadi partai gurem.
Sementara itu, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, menilai kedewasaan para elite Golkar setelah berkonflik, akhirnya bersepakat untuk menyelenggarakan Munaslub bersama-sama.
“Pertanyaannya, apakah konflik selesai? Sulit diprediksi. Pada akhirnya demokratis tidaknya Munaslub yang akan menjawabnya,” kata Siti Zuhro.(fas/fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Kata Profesor Politik Buat Caketum Golkar
Redaktur : Tim Redaksi