Antara Salim dan AHY, Siapa Berpeluang Mendampingi Prabowo?

Selasa, 07 Agustus 2018 – 05:55 WIB
Prabowo Subianto. Foto: Fathra/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Said Salahudin memprediksi posisi calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019, diperebutkan dua nama. Yaitu Ketua Majelis Syura PKS Salim Segaf Al-Jufri (PKS) dan Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

“PD dan PKS tentu punya hak yang sama mengusulkan kader masing-masing sebagai syarat dukungan kepada Partai Gerindra untuk mengusung Prabowo Subianto sebagai calon Presiden (capres). Jadi, saya kira tak perlu dipertentangkan," ujar Said di Jakarta, Senin (6/8).

BACA JUGA: Muhammadiyah Mulai Bicara dari Hulu, Tidak Hanya Soal Wapres

Meski demikian, Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) ini mengakui, Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut tentu membutuhkan banyak masukan terkait dua nama tersebut.

"Secara umum, saya sendiri melihat peluang Habib Salim dan AHY relatif berimbang. Masing-masing punya basis konstituen yang riil dan sama-sama berpeluang menggaet pemilih potensial guna menambah suara bagi Prabowo," ucapnya.

BACA JUGA: Wasekjen Demokrat Tantang Tsamara PSI Berdebat dengan AHY

Menurut Said, jika perbandingannya merujuk hasil perolehan suara Pemilu legislatif (Pileg) 2014 lalu, maka AHY yang diusung PD jelas lebih unggul dari Habib Salim. Dengan asumsi, pemilih Demokrat dan PKS memiliki konsistensi dan loyalitas kepada partainya masing-masing.

Di Pileg 2014 dulu, Demokrat berhasil meraup 12,7 juta suara pemilih, sedangkan PKS hanya mampu menghimpun kurang dari 8,5 juta suara pemilih. Artinya, potensi suara yang berpeluang disumbangkan oleh AHY kepada Prabowo lebih besar daripada Habib Salim.

BACA JUGA: Opsi Lain Kiai Nahdiyin andai Jokowi Tak Gandeng Cak Imin

“Tapi perlu dicatat, suara Demokrat dulu itu mereka peroleh saat SBY masih berkuasa. Sementara sekarang SBY sudah tidak lagi memegang kekuasaan. Jadi mungkin saja dukungan pemilih kepada Partai Demokrat dan PKS pada Pemilu 2019 nanti bisa berubah," katanya.

Said juga mengatakan, komparasi AHY dan Habib Salim juga bisa dilihat dari peluang keduanya dalam menarik pemilih potensial.

Setidaknya, ada tiga faktor yang bisa dimajukan untuk memperbandingkan keduanya. Yaitu, latar belakang kedaerahan, usia dan latar belakang agama.

Menurut Said, meski lahir di Jawa, Habib Salim merupakan tokoh dari luar Pulau Jawa. Dia berasal dari Sulawesi seperti halnya Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Sementara AHY adalah orang Jawa tulen.

"Saya kira dalam pemilihan langsung, asal daerah seorang kandidat secara praksis masih sering dijadikan dasar pertimbangan oleh pemilih dalam memberikan suara. Di sinilah Habib Salim bisa memetik poin. Karena berasal dari luar Jawa. Sementara Prabowo sudah mewakili orang Jawa," katanya.

Jika Habib Salim dibandingkan dengan AHY dari peluang keduanya meraup berdasarkan faktor usia, Said melihat kecenderungan AHY akan mendapatkan perhatian lebih dari pemilih muda dibandingkan Habib Salim.

"Tapi, Habib Salim tentu juga punya peluang menggaet pemilih muda, terutama dari kalangan santri pondok-pondok pesantren. Ketertarikan pemilih kepada Habib Salim saya kira bukan disebabkan faktor usia, melainkan faktor kedekatannya dengan kelompok Islam," ucapnya.

Said juga melihat kecenderungan Habib Salim lebih unggul jika dilihat dari 'backgound' pemilih berdasarkan latar belakang agama.

"Sebagai orang yang memiliki nasab dengan Nabi Muhammad SAW, berlatar pendidikan doktor dari perguruan tinggi di Madinah, cucu dari seorang ulama ternama pendiri Al-Khairat, serta didukung gerakan Islam politik semisal Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPFU), Habib Salim berpeluang besar untuk menggaet suara pemilih muslim," pungkas Said.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sekjen Parpol Koalisi Jokowi Mau Bertemu Lagi, Ini Agendanya


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler