Antisipasi 8 Penyebab Cedera Saat Berolahraga, Jangan Abaikan

Selasa, 31 Agustus 2021 – 11:28 WIB
Ilustrasi - Warga saat berolahraga di Kompleks SUGBK, Jakarta. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi dr. Evan menyebut sejumlah penyabab cedera yang bisa dialami seseorang saat berolahraga.

Menurut dokter dari Universitas Hasanuddin, Makassar, penyebab cedera antara lain terjadi karena tidak melakukan pemanasan atau kurang pemanasan.

BACA JUGA: Ketum Muhammadiyah Ingatkan Pengusung Wacana Amendemen UUD 1945

Kemudian penggunaan alat olahraga yang tak sesuai, gerakan berulang yang terlalu banyak.

Terlalu cepat dan dalam waktu yang lama, otot lemah, lingkungan tidak tepat untuk berolahraga.

BACA JUGA: Hasan Aminuddin Terjerat OTT KPK, Segera Mundur dari NasDem?

Hal lain, pengobatan yang tidak tuntas setelah cedera juga pelaksanaan fisioterapi pascacedera yang tidak sesuai.

“Perlu mewaspadai ciri-ciri awal cedera yang berpotensi diabaikan oleh seseorang seperti timbul nyeri, rasa tidak nyaman, atau mengalami bengkak yang hilang timbul."

BACA JUGA: ASN Penting Antisipasi Ancaman dan Godaan dari Peserta Pemilu 2024

"Ciri-ciri awal tersebut ketika diabaikan dapat berdampak buruk pada proses penyembuhannya,” ujar dr. Evan dalam pernyataan resminya.

Dokter Evan juga merupakan Konsultan Sport Injury & Arthroscopy Primaya Hospital Bekasi Timur.

Dia menambahkan terdapat ciri-ciri cedera olahraga dengan gejala yang lebih berat.

Yaitu, timbulnya luka, kelainan bentuk pada anggota tubuh atau deformitas (patah tulang), bengkak, atau bahkan hingga tidak bisa berjalan atau beraktivitas saat olahraga berlangsung.

Jika seseorang mengalami ciri-ciri cedera yang telah dijelaskan sebelumnya, lakukan penanganan dini cedera dengan langkah-langkah RICE: Rest atau istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera.

Ice atau beri es untuk kurangi bengkak, Compression atau lakukan kompres dingin pada jaringan yang mengalami cedera dan Elevation yakni meninggikan bagian yang cedera melebihi ketinggian jantung.

Ketika berolahraga, terdapat bagian-bagian tubuh yang dapat berpotensi mengalami cedera.

Di antaranya bagian tulang seperti patah tulang dan tulang yang retak (biasanya disebabkan overuse pada pelari atau penari balet).

Selain tulang, cedera juga dapat terjadi pada bagian otot di mana terdapat risiko putusnya otot dan memar pada otot.

Evan mengatakan cedera juga dapat terjadi pada bagian ligamen (jaringan yang menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya) dan pada bagian tendon (jaringan tebal yang berfungsi menempelkan otot ke tulang).

Lantas cedera apa saja yang harus diperiksakan langsung di rumah sakit bersama dokter?

Menurut Evan, semua jenis cedera harus diperiksakan ke dokter.

Karena banyak jenis cedera yang dianggap biasa namun di kemudian hari akan menimbulkan masalah yang serius untuk anggota tubuh.

Penanganan cedera olahraga di klinik yang lengkap bisa dilakukan secara holistik.

Misalnya, pemeriksaan dengan dokter Ortopedi Sub Spesialis Cedera Olahraga atau Dokter Spesialis Cedera Olahraga.

Pelaksanaan fisioterapi oleh sports physiotherapist yang menggunakan alat-alat fisioterapi terkini dan perlengkapan lengkap gym untuk membantu pemulihan bagian yang cedera dengan tolok ukur strength, endurance, agility, proprioseptif, dan performance.

Dalam proses penyembuhan biasanya para dokter akan melakukan tindakan anamnesa (menggali dan mendengarkan mekanisme cedera pada pasien).

Melakukan pemeriksaan fisik, melakukan pemeriksaan tambahan (MRI, Rontgen, atau USG Musculoskeletal), serta melakukan assessment lainnya yang dibutuhkan.

Jika kasus cedera yang terjadi tidak memerlukan operasi, maka dokter akan membuatkan program fisioterapi dan program olahraga (stretching dan strengthening) yang tepat untuk jenis cedera tersebut.

Namun, jika diperlukan operasi pasien dapat ditindaklanjuti dengan tindakan operasi yang didukung peralatan terkini seperti Arthroscopy yang merupakan alat untuk melakukan tindakan pembedahan minimal invasif ke seluruh sendi.

Pembedahan minimal invasif adalah tindakan operasi dengan luka sayatan yang sangat minimal (biasanya kurang dari 1 cm) yang memiliki banyak kelebihan seperti nyeri dan komplikasi yang minimal serta pasien dapat cepat kembali bergerak setelah operasi.

“Cedera olahraga dapat dikatakan sembuh tergantung pada bagian tubuh yang mengalami cedera. Jika terjadi cedera pada tulang, maka pemulihan dapat dilakukan dalam waktu 6 bulan hingga 1 tahun."

Jika cedera terjadi pada otot atau ligamen, maka pemulihan dapat terjadi kurang lebih 6 minggu,” kata Evan.

Lantas, bagaimana cara memilih olahraga yang tepat? Sesuaikan dengan kondisi tubuh kita agar bisa meminimalisir risiko cedera.

Dia mengimbau agar masyarakat dapat melakukan istirahat dan pemanasan yang cukup sebelum berolahraga, menggunakan alat olahraga yang sesuai, ukur kemampuan tubuh ketika berolahraga karena anatomi tubuh kita berbeda dengan orang lain, serta pilih lingkungan yang tepat dan baik pada saat berolahraga.

“Lakukan pola olahraga yang konstan tidak berubah-ubah misalnya cardio exercise seminggu 2 kali, strength exercise 2 kali seminggu, dan pola olahraga tersebut dilakukan rutin sampai bertahun-tahun,” tutup dia.

Ketika berolahraga di luar rumah, jangan lupa untuk senantiasa menggunakan masker demi melindungi diri dari infeksi.

Penggunaan masker takkan mengganggu pernapasan saat berolahraga dengan intensitas ringan hingga sedang karena tubuh tidak butuh udara pernapasan dalam jumlah banyak. Rasa tidak nyaman bisa diatasi bila tubuh telah terbiasa olahraga menggunakan masker.

Setelah olahraga dan pulang ke rumah, segera mandi dan ganti pakaian yang bersih agar terhindari dari penularan COVID-19.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler