jpnn.com, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberikan empat rekomendasi kepada pemerintah dan orang tua dalam mengantisipasi penularan hepatitis akut saat pembelaran tatap muka atau PTM di sekolah.
Sebab, PTM dimulai di seluruh Indonesia pada 12 Mei 2022 seusai libur Lebaran dengan mobilitas pemudik yang melibatkan jutaan orang.
BACA JUGA: Bu Retno Ingatkan Bahaya Hepatitis Akut saat PTM Seusai Libur Lebaran
"Saat PTM di mulai, kemungkinan sekolah tidak mempersiapkan secara khusus untuk antisipasi hepatitis misterius," kata Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam keterangan tertulis yang diterima JPNN.com, Kamis (12/5).
Bu Retno juga menilai persiapan protokol kesehatan (prokes) selama pandemi Covid-19 bisa digunakan untuk antisipasi hepatitis akut.
BACA JUGA: Kapolri Khawatir, Irjen Albertus Kawal Operasi AKP Johan Silaen
Namun, sekolah harus memastikan kepatuhan prokes warga sekolah selama PTM berlangsung.
"Sekolah dapat bekerja sama dengan puskesmas membantu pemerintah daerah untuk menyosialisasikan pencegahan virus hepatitis akut tersebut yang utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernapasan," ucapnya.
BACA JUGA: Kasus Briptu Hasbudi, Konon Ada Narkoba di Sebuah Kontainer, Ternyata
Berikut 4 Rekomendasi KPAI Mengantisipasi Hepatitis Akut:
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui Dinas-Dinas Kesehatan harus segera melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para orang tua terkait informasi jelas tentang hepatitis akut dan upaya pencegahan seperti menjaga kebersihan lingkungan, memastikan prokes, mengenali tanda atau gejala awal Penyakit ini, dll;
2. Dinas Pendidikan bersama Dinas Kesehatan dapat menyosialisasikan pencegahan dan penanganan hepatitis akut melalui sekolah kepada peserta didik, pendidik, dan para orang tua agar memahami gejala-gejala awal penyakit hepatitis akut dan tindakan apa yang harus dilakukan para orang tua ketika anaknya menunjukkan gejala-gejala awal hepatitis akut, seperti mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan.
Selanjutnya, gejala akan makin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat. Anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Semua info tersebut dapat di sosialisasi melalui media massa maupun media sosial secara masif;
3. Orang tua yang sudah teredukasi wajib mengedukasi anak-anaknya terkait penyakit hepatitis misterius ini sehingga anak menyadari mengapa harus patuh pada prokes. Edukasi dan sosialisasi yang sama harus dilakukan pihak sekolah juga;
4. Perlu kerja sama yang solid antara orang tua, tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan agar bisa menemukan gejala hepatitis akut sedini mungkin agar anak segera mendapatkan pertolongan medis.
Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran, karena kondisi tersebut menunjukkan bahwa infeksi hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, maka momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil. (fat/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam