jpnn.com, JAKARTA - Meski saat ini masih dalam musim penghujan, namun di beberapa daerah, mulai berlangsung musim panas dan terlihat titik api kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Oleh karena itu untuk mengantisipasi Karhutla menjelang bulan suci Ramadan dan Idulfitri sebagaimana pesan Presiden Joko Widodo, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan koordinasi dengan lembaga terkait yang selama ini sudah bekerja sama dengan baik guna mengatasi Karhutla tersebut.
BACA JUGA: Empat Titik Karhutla di Sumsel Belum Padam
“Salah satu yang cukup strategis adalah pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), lalu peningkatan kapasitas Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA) serta penetapan status siaga darurat,” tegas Menteri LHK Siti Nurbaya ketika memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Karhutla yang digelar di KLHK, akhir pekan lalu.
Rakornis ini selain diikuti pejabat KLHK seperti Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Laksmi Dhewanthi, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Sigit Reliantoro, juga Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Fajar Setyawan, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG A Fachri Radjab, dan Asdep 4/V Kamtibmas Nyoman Sukasana.
BACA JUGA: Pemprov Sumsel Kirim 3 Ekskavator untuk Tanggulangi Karhutla di OKI
Menteri LHK mengapresiasi seluruh pihak atas kerja sama dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan di tahun 2023. Luas karhutla di tahun 2023 mengalami penurunan 29,59 persen dibanding luas karhutla di tahun 2019.
Hal ini merupakan suatu pencapaian yang baik mempertimbangkan intensitas El Nino di tahun 2023 lebih Moderat-kuat dibanding tahun 2019.
BACA JUGA: Karhutla di Kabupaten OKI Meluas, Polda Sumsel Tambah 50 Personel untuk Padamkan Api
Dalam kaitan keberhasilan menurunnya persentase karhutla, Menteri Siti Nurbaya berulang kali menyatakan apresiasi atas kerja sama yang sangat tinggi.
"Dengan tulus saya ingin sampaikan di sini ucapan terima kasih kami, terutama selama masa-masa yang berat dalam penanganan karhutla kepada BNPB. BMKG, BRIN, TNI, Polri, dan tentunya Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api (MPA),” ucap Menteri Siti.
Menteri Siti menyebutkan salah satu upaya pengendalian karhutla yaitu operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Mulai tahun 2019 dimana situasi sangat sulit, TMC menjadi hal baru sekaligus penting yang dapat dijadikan sebagai percontohan aksi pencegahan karhutla di luar negeri.
Operasi TMC di Indonesia tidak hanya dilaksanakan untuk pengendalian karhutla, tetapi pada beberapa momen kenegaraan dapat dilaksanakan untuk mengantisipasi hujan.
Mengenai pemanfaatan TMC, Menteri Siti Nurbaya mengungkapkan, TMC merupakan inovasi yang akhirnya sangat surprise bagi Indonesia.
Sebab teknologi ini selain mampu menekan karhutla, juga lebih murah dibandingkan water boombing.
TMC diakui sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa sebagai salah satu terobosan sangat penting dalam penanganan karhutla di Indonesia.
“Negara lain mulai meniru TMC lho untuk menangani karhutla,” tambah Menteri LHK.
KLHK mencatat hingga Februari 2024, telah terjadi karhutla di sebagian wilayah Sumatera Utara dan Riau. Hal ini terjadi karena pada wilayah tersebut sudah mulai memasuki musim kering periode pertama.“Ini menjadi penting untuk dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian karhutla di daerah rawan,” tegas Menteri Siti.
Dalam pengarahannya, Menteri Siti mengingatkan bahwa potensi El Nino tahun 2024 ini masih berada pada level moderat, sehingga upaya pengendalian karhutla harus terus ditingkatkan. Kesiapsiagaan harus sudah dimulai serta perlunya langkah cepat di lapangan.
Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino Moderat akan berlangsung hingga Semester I 2024.
Berdasarkan data yang diperoleh dari KLHK, hingga Bulan Februari 2024 dilaporkan telah terjadi 18 kejadian karhutla di sebagian besar provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Upaya-upaya pencegahan karhutla diharapkan dapat ditingkatkan, salah satunya melalui operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah rawan karhutla.
Selain itu upaya lainnya seperti patroli dan penyadartahuan dapat terus dilakukan sebagai langkah antisipasi pengendalian karhutla di bulan Ramadhan.
Pelaksanaan TMC di 6 Provinsi
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PPI), Laksmi Dhewanthi ketika memberikan paparannya mengungkapkan, berdasarkan data pemantauan hotspot di provinsi rawan karhutla dari tahun 2019 - 2023, El Nino menjadi salah satu faktor yang berdampak signifikan.
Berdasarkan data KLHK, jumlah akumulasi hotspot di tahun 2023 mengalami penurunan 59.92 persen dibanding di tahun 2019 dan penurunan emisi sebesar 69.74% dengan perbandingan tahun yang sama.
Laksmi menyebutkan pemantauan hotspot dari 1 Januari sampai dengan 15 Februari 2024 dibandingkan dengan 2023 pada periode yang sama terjadi kenaikan jumlah hotspot sebanyak 29 titik bila dibandingkan dengan 2023.
Rencana pencegahan karhutla di tahun 2024 patroli terpadu akan dilaksanakan di 340 desa.
Kegiatan pemadaman darat yang dilakukan pada tahun 2023 dilakukan sebanyak 3.946 untuk luas areal terbakar kurang lebih 27.546 hektare dan kegiatan pemadaman tertinggi terjadi di Kalimantan Barat dengan kegiatan pemadaman 956 kali di tahun 2023.
Laksmi menyebutkan rencana operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sebagai upaya pencegahan akan dilaksanakan di 6 provinsi rawan karhutla (Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan) dengan total durasi pelaksanaan 143 hari.
“Jadi, pelaksanaannya nanti melibatkan seluruh instansi terkait seperti KLHK, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indonesia (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan mitra kerja swasta,” kata Laksmi.
Kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di tahun 2024, antara lain:
Pertama, meningkatkan pengawasan terutama di wilayah khusus rawan karhutla yang tidak memiliki Daerah Operasional (Daops) Manggala Agni dan daerah open akses, serta berpotensi konflik terutama pada masa transisi pemerintahan.
Kedua, revitalisasi sarana dan prasarana pengendalian karhutla
Ketiga, meningkatkan kapasitas sumberdaya, terutama untuk anggota Jabatan Fungsional Manggala Agni yang baru terseleksi
Keempat, mengoptimalkan penggunaan Bantuan Tidak Terduga (BTT) dan penganggaran daerah lainnya untuk mendorong kegiatan pengendalian karhutla
Kelima, meningkatkan penyadartahuan dan kampanye kepada masyarakat mengenai potensi karhutla.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari