Antisipasi Kekeringan, Kementan Sarankan Petani Kulon Progo Asuransikan Lahan Pertaniannya

Selasa, 08 September 2020 – 15:55 WIB
Mentan Syahrul Yasin Limpo saat panen raya padi di Bangka Selatan. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menyarankan supaya petani di Kulon Progo, Yogyakarta tetap mengikuti asuransi lahan pertaniannya untuk mengantisipasi kerugian di musim kemarau.

Saat ini kekeringan mulai dirasakan petani di Kalurahan Kedundang, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo. Mereka pun kembali mengaktifkan sumur-sumur pantek untuk pengairan lahan pertanian.

BACA JUGA: Peluang Bisnis Pertanian Terbuka Lebar, Kementan Ajak Generasi Muda Mau Bertani

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa salah satu tuntutan di sektor pertanian saat ini adalah meningkatan produktivitas.

“Sekarang semua negara kembali memperkuat sektor pertanian. Kita pun harus melakukan itu. Tidak boleh ada lahan yang dibiarkan kosong,"kata Mentan Syahrul di Jakarta, Selasa (8/9).

BACA JUGA: Mentan SYL Tingkatkan Produksi Pertanian di Sulawesi Utara

"Kita harus tanam agar produksi meningkat. Dan lahan pertanian harus dijaga agar tidak ada ancaman gagal panen agar petani tidak rugi. Caranya dengan mengikuti asuransi,” lanjut menteri yang beken disapa dengan inisial SYL itu.

Sementara itu, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Sarwo Edhy mengatakan asuransi adalah pilihan tepat untuk petani dalam mengantisipasi kekeringan.

BACA JUGA: Antisipasi Puncak Kemarau di September, Mentan SYL Minta Petani Cirebon Menjaga Lahannya

“Kita jelas tidak mau lahan pertanian terganggu. Karena pengaruhnya ada di produktivitas. Kami meminta petani memberikan perhatian serius terhadap ancaman kekeringan, misalnya dengan mengikuti asuransi. Sebab, cara ini efektif untuk melindungi lahan pertanian,” sebutnya.

Menurut Edhy, langkah antisipatif yang bisa diambil petani di Kulonprogo adalah mendaftarkan lahan pertanian ke asuransi. Apalagi jika kondisi kekeringan sudah sangat mengganggu pengairan.

Dalam pertanian ada sejumlah kendala yang harus diantisipasi seperti perubahan iklim, cuaca ekstrim yang menyebabkan kekeringan atau banjir, serta gangguan hama, dan lainnya.

“Kondisi-kondisi ini bisa menyebabkan gagal panen. Dan tentu saja akan membuat petani merugi. Agar petani terhindar dari kerugian, asuransi adalah pilihan terbaik,” jelas Edhy.

Asuransi merupakan salah satu komponen dalam manajemen usaha tani untuk mitigasi risiko bila terjadi gagal panen.Dengan adanya asuransi, perbankan lebih percaya dalam menyalurkan kredit.

Dia menerangkan bahwa petani bisa memanfaatkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) untuk menjaga lahannya. Di AUTP, premi yang harus dibayarkan sebesar Rp 180.000 /hektare (ha)/MT. Nilai pertanggungan sebesar Rp 6.000.000/Ha/MT.

Asuransi ini memberikan perlindungan terhadap serangan hama penyakit, banjir, dan kekeringan.

Di Kalurahan Kedundang, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, umur tanaman cabai yang mereka rawat sudah masuk bulan pertama. Panen cabai sendiri biasanya dilakukan pada bulan keempat sejak pertama kali tanam.

Para petani sendiri mengakui bahwa suplai air dari irigasi semakin sedikit. Inisatif memakai sumur pantek dilakukan karena petani khawatir terjadi gagal panen.(jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler