Antisipasi Kelangkaan Pangan, Wagub Ajak Makan Jagung

Selasa, 29 November 2011 – 11:18 WIB
BANDARLAMPUNG – Badan Ketahanan Pangan (BKP) Lampung berniat menurunkan konsumsi beras untuk masyarakatSalah satu caranya dengan memacu produksi beras sintesis

BACA JUGA: Dinsos Berdayakan 3.500 Lansia

Yakni bahan pangan berwujud beras yang bisa dimasak, tetapi bahan bakunya dari jagung, ubi kayu, dan  kacang.
 
"Kita pacu, termasuk yang ingin ada beras sintesis sebagai salah satu bahan pangan yang bisa dibeli masyarakat sebagai alternatif dari padi," urai Wakil Gubernur (Wagub) Lampung Joko Umar Said usai membuka rapat pleno ketahanan pangan di Hotel Marcopolo kemarin.
Sementara, ia, masyarakat saat ini telah dapat memodifikasi bahan pangan selain beras
Yaitu dengan tetap mengonsumsi beras, namun tetap disubsidi dengan konsumsi lain seperti ubi kayu, pisang, jagung, dan berbagai macam olahan

BACA JUGA: 22 Merk Kopi Kandung Obat Berbahaya

"Konsumsi beras jadi berkurang," ujar dia.

Terkait komposisinya, akan dikaji oleh Universitas Lampung dan Politeknik Lampung
Ia mengatakan, bahan pangan alternatif beras harus tetap memenuhi nilai gizi

BACA JUGA: Sindrom Aneh, Dengar Telepon Langsung Jatuh

Di antaranya, padi, jagung, dan ubi kayu sebagai sumber karbohidrat

Sedangkan sumber protein nabati dari kacang tanah, kedelai, dan kacang-kacanganSelanjutnya, sumber protein hewani dari daging ayam, sapi, dan telur

Ia berharap pada 2012 dan seterusnya, ketahanan pangan, utamanya beras, dapat lebih diperkuatCaranya dengan menetapkan langkah-langkah strategis di mana beras merupakan kebutuhan pokok yang saat ini sudah menjadi isu global dengan ketersediaan di tingkat dunia sudah sangat terbatasYakni hanya 7 persen produksi beras di seluruh dunia.

"Itu kalau rebutan, harga pasti naik dan pengekspor akan setop untuk ketahanan pangan mereka sendiriKalau terguncang di sini, di luar susah, harga selangit, lebih baik meningkatkan produksi dalam negeri," kata diaApalagi, lanjutnya, dengan adanya perubahan iklim global seperti ini"Maka tentu negara-negara produsen beras seperti Vietnam, Thailand, India, dan sebagainya juga mulai hati-hati untuk mengeluarkan beras untuk diekspor," ujarnya.

Ia juga meminta agar Badan Ketahanan Pangan kabupaten/kota dapat menyiapkan cadangan 100 kilogram beras yang disimpan di gudang masing-masingPembeliannya diperlukan perlu payung hukum seperti peraturan wali kota atau peraturan buati sesuai dengan kebijakan nasional.

"Dasar hukumnya untuk melakukan pembelian alokasi cadangan beras untuk daerahnya, termasuk penggunaannya untuk apa saja," kata dia.

Joko melanjutkan, Bulog yang masih mengimpor beras sebagai cadanganJika tidak ada cadangan beras, maka harga tidak akan terkendaliImbasnya, masyarakat akan kesulitan karena harganya di luar jangkauanIni pun akan berimbas pada stabilitas politik, ekonomi, dan keamanan.

Cadangan pangan juga tidak hanya di Bulog yang ditugasi pemerintah untuk mengamankan cadangan pangan, di samping stabilisasi berasDari pengalaman tahun ini, Bulog yang ditugasi 125 ribu ton untuk pengadaan pangan, ternyata hanya mampu 45 ribu ton.

"Langkah Bulog mengimpor dalam rangka memperkuat cadangan pangan kitaDengan adanya cadangan, maka gejolak bisa diatasi dengan operasi pasar (OP)," ujarnya.

Sementara, Kepala Badan Ketahanan Pangan Lampung Elya Muchtar mengatakan, saat ini penurunan konsumsi beras sudah 1,3 persen dari target 1,5 persen secara nasionalPenurunan konsumsi beras ini akan diimbangi dengan diversifikasi dengan banyaknya potensi jagung, ubi kayu, dan umbi-umbian yang lainnya(dna/c3/ary)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Persalinan Gratis Tidak Dibatasi Jumlah Anak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler