Kuota atau jatah kursi program sarjana atau S1 yang diperuntukkan bagi mahasiswa dalam negeri di salah satu universitas terbesar di Canberra, telah menurun.
Hasil seleksi tahap utama untuk syarat masuk sejumlah universitas di Canberra diumumkan (21/1) sore, dan hal ini sekaligus mengakhiri kecemasan ribuan calon siswa.
BACA JUGA: Ternyata, Buaya Tak Tertarik Serang Manusia Jika Sedang Cari Pasangan
Data yang dikeluarkan oleh Universitas Canberra (UC) mengungkapkan adanya penurunan jumlah siswa dalam negeri yang lolos tahap utama dan yang mendapat tawaran jalur khusus di kampus ini.
BACA JUGA: Pemerintah Australia Siap Kompromi Loloskan RUU Pendidikan Tinggi
Tahun ini, UC hanya membuat 803 penawaran untuk mengikuti seleksi tahap utama dan 1082 penawaran jalur khusus bagi siswa dalam negeri, dibanding 869 penawaran seleksi tahap utama dan 1400 penawaran jalur khusus, pada tahun lalu.
Universitas Nasional Australia (ANU) juga membuat penawaran seleksi tahap utama yang lebih sedikit tahun ini, turun dari kuota 1.367 kursi tahun lalu, menjadi 1.266 kursi.
BACA JUGA: Mantan Pengawal PM Malaysia Ditangkap di Australia
Tapi jumlah keseluruhan penawaran yang diberikan ANU tahun ini, meningkat, berkat adanya kenaikan kuota jalur khusus, dari 1411 ke 1640 kursi.
Ini artinya, untuk tahun 2015, kuota bagi mahasiswa dalam negeri di dua kampus tersebut lebih sedikit 256 kursi.
Wakil Rektor ANU, Profesor Ian Young, mengatakan, kuota yang lebih besar pada penawaran jalur khusus dilakukan karena adanya tekanan untuk merekrut mahasiswa berpotensi secara aktif.
"Saya pikir itu mencerminkan sebuah sektor yang lebih kompetitif, jadi Anda lihat bahwa universitas-universitas, tak hanya di Canberra, di seluruh Australia menjadi jauh lebih progresif dan proaktif dalam hal perekrutan mahasiswa," sebutnya.
Wakil Rektor Universitas Canberra, Profesor Nick Klomp, mengatakan, kuota jalur khusus, kini, melebihi penawaran seleksi tahap utama karena sistem ini membuat pikiran para siswa lebih tenang.
"Saya pikir universitas menyadari bahwa para siswa ingin kepastian, mereka ingin tahu apa yang terjadi. Dan semakin cepat mereka bisa tahu tentang peluang mereka untuk diterima di universitas, lebih cepat lebih baik," tuturnya.
Sementara, universitas-pun harus berurusan dengan ketidakpastian mereka sendiri, menanti masa depan kebijakan perubahan pendidikan tinggi dari Pemerintah Federal.
Menteri Pendidikan Australia, Christopher Pyne, mengatakan, ia akan melakukan apa pun untuk meloloskan kebijakan perubahan, yang meliputi deregulasi biaya mahasiswa.
Profesor Nick mengatakan, universitas harus berurusan dengan masa depan perubahan yang tak jelas.
"Kita harus bisa menyusun anggaran tak hanya untuk kondisi sekarang tapi juga untuk perkiraan kondisi keuangan di masa depan," sebutnya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Seniman Australia Kampanyekan Pengampunan Sukumaran dan Andrew Chan