Apa Penyebab Kompol Yuni Purwanti Pesta Narkoba? Ini Analisis Bang Reza

Kamis, 18 Februari 2021 – 17:06 WIB
Reza Indragiri Amriel. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel menyampaikan analisis terkait faktor yang bisa menyebabkan oknum polisi wanita, Kompol Yuni Purwanti Kusuma Dewi diduga terlibat penyalahgunaan narkoba.

Bang Reza mengatakan pekerjaan sebagai polisi memiliki beban yang sangat berat, dan kerap menguras stamina.

BACA JUGA: Jabatan Kompol Yuni Purwanti Dicopot, 2 Sanksi Berat Ini Menanti

"Menjadi polisi itu sama artinya dengan menekuni salah satu pekerjaan paling berat sejagat. Beban naik, stamina turun, waktu konstan," kata Reza kepada JPNN.com, Kamis (18/2).

Nah, ketika dihadapkan pada beban kerja yang tinggi, sementara stamina tidak mendukung, tidak sedikit dari oknum aparat memilih cara instan.

BACA JUGA: Karier Kapolsek Cantik Kompol Yuni sebelum Ditangkap Gara-gara Pesta Narkoba

"Cara 'jitu' untuk mendongkrak stamina dan menata suasana hati, ya pakai narkoba. Instan," ujar pakar yang menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi UGM ini.

Dia menyebutkan, hitung-hitungan di atas kertas bisa dikatakan bahwa personel polisi bisa jadi termasuk kelompok rentan menyalahgunakan narkoba. Karena itu, dibutuhkan kontrol superketat secara kelembagaan.

BACA JUGA: AKP Andi Agusfian: RS Ditangkap di Kamar 07

"Apalagi, dengan power yang mereka punya, tampaknya mereka punya akses lebih luas untuk memperoleh barang haram tersebut," kata peraih gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne, Australia ini.

Dia kemudian mempertanyakan bagaimana ke depan, setelah Kompol Yuni Purwanti yang sudah dicopot dari jabatan Kapolsek Astanaanyar, Bandung, dijatuhi sanksi bahkan terancam pemecatan.

"Lalu, anggaplah mereka dipecat. So what? Pemecatan memang bisa membersihkan institusi kepolisian. Tetapi jika tidak dipantau, para pecatan malah menjadi potensi bahaya bagi masyarakat," kata Reza Indragiri Amriel.

Karena itu, dia mendorong agar kasus ini tidak berhenti pada pemberian sanksi lembaga dan pemidanaan. Lebih jauh, perlu dilakukan audit terhadap kinerja pelakunya selama ini.

"Polri patut mengaudit kerja para oknum itu selama ini. Kalau kerja mereka berlangsung di bawah pengaruh narkoba, bisa dibayangkan efek destruktifnya terhadap layanan bagi masyarakat dan penegakan hukum," kata Reza menyarankan.

Ditanya soal mekanisme kontrol untuk menghindarkan anggota Polri dari penyalahgunaan narkoba, Reza mengatakan harus ada terobosan organisasi. Salah satunya ialah dengan mengadakan whistleblower system.

BACA JUGA: Kompol Yuni Purwanti Pantas Dihukum Mati

"Seluruh personel polisi melakukan pengawasan satu sama lain. Bahkan itu dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja. Siapa pun personel yang melaporkan adanya oknum yang melakukan pidana, bisa memperoleh penilaian ekstra," kata Reza.

Mekanisme kontrol semacam itu menurut Reza bisa membantu institusi Polri dalam menyelesaikan masalah penyimpangan semangat jiwa korsa di lingkungan anggotanya.

"Pendekatan seperti itu bisa memecah blue curtain code (BCC). BCC adalah jiwa korsa menyimpang yang acap menjadi kultur menyimpang di lembaga penegakan hukum, yakni kecenderungan personel untuk saling menutupi kesalahan sesama kolega," pungkas Reza.(fat/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler