jpnn.com, JAKARTA - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Mujiono Koesnandar mempertanyakan niat di balik tudingan Indonesia Corruption Watch (ICW) kepada Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) terkait obat COVID-19, Ivermectin.
ICW sebelumnya menuding Moeldoko berburu rente dan keuntungan dari penggunaan Ivermectin.
BACA JUGA: ICW Didesak Minta Maaf ke Moeldoko, Bakal Dicatat Rakyat
Mujiono mempertanyakan niat di balik tudingan ICW sebab banyak testimoni di dunia menunjukkan keampuhan dari obat tersebut.
Terbaru, penelitian dari Sheba Medical Center di Tel Hashomer, Israel menunjukkan Ivermectin dapat membantu mengurangi lamanya infeksi orang yang tertulari COVID-19 di negara-negara dunia ketiga.
BACA JUGA: ICW Belum Terima Somasi Moeldoko, Tetap Konsisten Pada Pemberantasan Korupsi
Pendiri Center for Travel Medicine and Tropical Disease di Sheba Prof. Eli Schwartz menyebut Ivermectin bisa menekan biaya pengobatan penderita Covid-19 hingga sekitar USD 1 sehari.
Penelitian Schwartz juga memperlihatkan 72 persen sukarelawan yang diobati dengan Ivermectin dinyatakan negatif virus pada hari keenam.
BACA JUGA: Moeldoko Tak Terima Tuduhan ICW, Berikan Waktu 3 x 24 Jam
"Jadi, ada hal penting yang menjadi pertanyaan publik terhadap gigihnya ICW merongrong aktivitas sosial Moeldoko, apa niat di balik itu,” ujar Mujiono dalam keterangannya, Minggu(8/8).
Mujiono meyakini niat Moeldoko memperkenalkan Ivermectin selama ini sangat mulia.
Sebab melihat angka penderita COVID-19 terus meningkat.
Karena itu, dia berinisiatif ikut membantu menyalurkan tablet Ivermectin secara gratis ke sejumlah titik di mana kasus COVID-19 melonjak.
"Saya kira apa yang dilakukan Moeldoko ini jauh lebih baik dibanding diam berpangku tangan melihat banyak saudara-saudara kita berjatuhan menjadi korban Covid-19,” katanya.
Mujiono kemudian bercerita pengalaman bangsa di masa lalu, di mana ada bukti kuat LSM tidak bisa lepas dari kepentingan politik pihak tertentu yakni pendonor.
Dia pun kemudian mengingatkan bahwa Indonesia saat ini perlu bergandengan tangan untuk mengatasi pandemi yang ada.
Dia percaya keberadaan LSM sebenarnya bisa menguatkan masyarakat madani bila kerja-kerja yang dilakukan secara jujur dan berdasarkan kejernihan nurani.
“Sayangnya, tak jarang ada yang rela menjadikan diri seperti dikatakan peribahasa lama, ‘tong kosong nyaring bunyinya’. Artinya, mereka bersedia berteriak hanya kalau sesuai kepentingan diri, kelompok atau pendonornya saja. Itu yang kami sayangkan,” pungkas Mujiono.(gir/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang