BACA JUGA: Golkar Pionir Tinggal Sejarah
Ia pergi tanpa pesanNamun jika berpijak dari kisah-kisah Amrozi dan kawan-kawan, yang mengklaim atas nama “jihad”, musuh mereka adalah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya
BACA JUGA: Quo Vadis, Gollkar?
Konon, dalih mereka karena AS juga melakukan “terror” yang tak kalah dahsyatnya di Irak dan AfghanistanBACA JUGA: Presiden yang Naik Kelas
Tak semua warga AS menyetujui perang AS di Irak dan AfganistanRepotnya, belum lekang dari catatan bahwa AS justru bersandelbahu dengan pejuang Afghanistan, termasuk dengan Osama bin Laden ketika berperang mengusir tentara Sovyet dari negara di dekat Pakistan ituEh, ketika Sovyet terusir, sekutu AS dan Osama pun retak, dan belah menjadi seteru
Sekutu dan seteru menjadi relativeJika AS yang menjadi musuh kaum teroris, mengapa pula mereka meledakkan bom di Indonesia, yang korbannya justru tak hanya orang AS yang tak mustahil tak menyetujui perang AS di Afghanistan, tetapi juga warga bangsa lain, bahkan termasuk warga negeri tercinta ini
AS yang mana gerangan yang dimusuhi kaum teroris? Kebijakan AS di masa Bush senior, Bush yunior atau negara yang dipimpin oleh Barrack Obama sekarang ini?
Obama sendiri ketika berpidato di Universitas Al Azhar Kairo beberapa waktu lalu, menegaskan bahwa serangan pada 11 September 2001 terhadap World Trade Center bukanlah mewakili wajah MuslimMelainkan sekelompok minoritas yang menyerang warga sipilTegasnya, oleh kelompok Osama bin Laden, meski konon masih penuh kabut misteri dan kontoversial
“Amerika dan Islam, tidaklah eksklusif satu sama lain, dan tidak perlu bersaingJustru keduanya bertemu dalam prinsip-prinsip keadilan dan kemajuan; toleransi dan martabat semua umat manusia,” kata Obama di Kairo.
Pengejaran Al Qaida dan Taliban di Pakistan pun adalah buntut dari serbuan 11 September, ketika hampir 3000 orang terbunuhObama tak bermaksud mendirikan basis militer di sanaBahkan, Obama berjanji akan memulangkan setiap tentara jika tidak ada lagi kaum ekstrimis radikal di Afghanistan dan Pakistan.
Adapun tentang Irak, Obama mempercayai diplomasi daripada berperangThomas Jefferson berkata, “… bahwa semakin sedikit menggunakan kekuatan, justru semakin besar kekuatan itu.”
Amerika memiliki dua tanggung jawab: yaitu untuk membantu Irak membangun masa depan, dan menyerahkan Irak ke tangan rakyat IrakObama telah memerintahkan pencabutan brigade tempur Amerika pada Agustus mendatang
Namun pada saat bom meledak di Jakarta, apakah para teroris itu, sekiranya bertalian dengan Al Qaida dan Taliban tak mempercayai Obama yang mereka anggap sekedar diplomasi belaka dari seorang presiden baru? Atau Obama hanya hendak mengambil hati umat Islam sedunia dalam menghadapi pasukan Osama?
Jika mengikuti logika berpikir para teroris, bom di Jakarta adalah sebuah perlawanan terhadap AS yang menurut mereka juga adalah Teroris, T dengan huruf besarTujuan besar dan mulia, tentu menurut mereka dan bukan menurut kita, kadang harus mengambil korban besar juga, dan para korban itu telah menunjukkan kepada AS, bahwa AS tak bisa benar sendiri, dan untuk itu dunia internasional harus diberitahu
“Perlawanan yang aneh” itu dilakukan karena mereka, kaum teroris, tidak akan mungkin mampu melawan AS dalam sebuah perang konvensional ala Perang Dunia II, yang saling berhadapan, kau di sana kami di siniMungkin, mirip kaum Intifadah yang hanya melempari tentara Israel bersenjata mutakhir dengan batu di Jalur Gaza, sekedar mengatakan “kami melawan kalian.” AbsurdMusuhnya AS tapi “berperang” dengan cara lempar batu sembunyi tangan justru di Indonesia
Ruwetnya, tak ada satu pernyataan apapun, hingga hari ini, tentang siapa yang bertanggung jawab terhadap terror bom ituTak ada pula satu petisi apapun yang mereka minta, entah kepada AS atau kepada siapa saja sehubungan dengan terror bom ituJadi siapakah sesungguhnya yang “berperang dengan siapa?”
Jika kelak, misalnya Al Qaida mengaku-ngaku terror di Jakarta adalah gerakan mereka, dan kemudian AS murka dan bertekad tetap akan memburu Osama dan para cecunguknya, inilah “perang yang aneh” setidaknya bagi kitaMungkinkah mereka, AS dan teroris itu telah saling mafhum, dan tak perlu lagi saling deklarasi bahwa perang belum selesai, dan masih akan terus berlangsung?
Apa yang dapat kita katakan sebagai sebuah negara yang cinta perdamaian dunia yang abadi yang termaktud dalam pembukaan UUD 1945?
Ah, kita seperti menyaksikan bahwa perang sesungguhnya bukan lagi bagai bayangan kita terhadap perlawanan rakyat semesta melawan kolonial BelandaDulu kita melawan Belanda agar mereka hengkang dari Tanah AirMereka kita lawan dengan senapan dan bamboo runcing dan diplomasi di meja perundingan
Tapi Al AQaida melawan AS tak hendak menjajah dan menduduki negeri Obama ituAl Qaida bahkan tak punya negara resmi apapun. AS pun mengirimkan pasukan ke Irak, tapi kemudian perlahan meninggalkannya setelah Saddam Husein keok dan Irak tak lagi menjadi musuh, karena dalam bahasa Gramsci sudah berada dalam hegemoni AS secara politik dan ekonomiBukan sebagai negeri koloni ala kolonialisme abad ke 16?
Jadi apa yang kau cari, Palupi, meminjam judul sebuah film Indonesia lama? Pakar politik internasional kadang mnganalisis bahwa minyak bumi dan dolar sebagai latar belakangnyaAda yang menyebutnya sebagai “oil war.” Ada pun tentang dolar mencuat ketika Saddam mengancam mematok transaksi bisnis minyaknya dengan mata uang Euro
Jadi apa yang kau cari Al Qaida? Cuma jika merunut gerakan nasionalisme di Asia umumnya bangkit karena kolonialisme, seperti dialami Belanda terhadap Prancis dan bereinkarnasi di Indonesia terhadap Belanda dan Viet Nam terhadap Prancis pulaSekonvensional itukah Al Qaida yang bereaksi terhadap AS?
EntahlahNamun cepat atau lambat sejarah akan menyibakkannya, sehingga kawan dan lawan yang bagai bayangan abstrak, bahkan absurd di abad ini, kelak mungkin menjadi konkret**
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukan Blessing in Disguise
Redaktur : Tim Redaksi