Apa yang Sebenarnya Terjadi pada Tubuh Saat Ketindihan?

Rabu, 19 Desember 2018 – 04:05 WIB
Tidur tengkurap. Foto: Pixabay

jpnn.com - Pernah mengalami ketindihan di tengah pulasnya tidur malam? Sebagian orang kerap mengaitkan fonemena ini dengan mistis atau ulah makhluk halus. Walaupun terasa mencekam, ternyata hal ini normal dan bisa dijelaskan secara ilmiah. 

Menurut data, sedikitnya 7,6 persen orang di seluruh dunia pernah mengalami ketindihan. Pada kondisi ini, Anda merasa terjaga, tapi sama sekali tidak dapat menggerakkan anggota tubuh. Dada terasa berat dan leher seperti tercekik adalah ciri lainnya.

BACA JUGA: 5 Kiat Agar Tidur Lebih Berkualitas  

Mengenal siklus tidur normal

Apa yang banyak disebut sebagai ketindihan sebenarnya merupakan suatu sleep paralysisatau kelumpuhan otot sesaat ketika seseorang tertidur pulas. Dalam kondisi tidur sekalipun, otak tidak pernah berhenti bekerja. Kerja otak saat tubuh tertidur ini terjadi melalui lima fase, yakni fase 1, 2, 3, 4, 5 dan Rapid Eye Movement (REM).

BACA JUGA: Mana Lebih Penting di Akhir Minggu, Tidur atau Olahraga?

Fase REM berlangsung saat seseorang benar-benar pulas, yaitu 70-90 menit setelah mulai jatuh tidur. Fase REM sangat penting karena di saat tersebut otak menyimpan memori dari aktivitas hari itu dan menstabilkan mood untuk menjalani hari berikutnya. Di fase REM ini pula seseorang mengalami mimpi.

Berkebalikan dengan aktivitas otak yang terus bekerja, pada fase REM, otot-otot pada tubuh benar-benar diistirahatkan. Otak memerintahkan sistem saraf untuk benar-benar meniadakan aktivitas otot sehingga tubuh tidak dapat bergerak dan beristirahat sempurna.

BACA JUGA: Keteraturan Tidur Sangat Terkait dengan Kesehatan

Siklus tidur saat ketindihan

Ketindihan atau sleep paralysis sebenarnya berhubungan dengan fase REM ini. Pada kondisi tertentu, seseorang bisa tiba-tiba bangun ketika fase REM belum selesai. Akibatnya, orang tersebut sudah terjaga dari tidurnya, padahal otot-otot belum diaktifkan oleh otak. Karena itulah orang yang mengalami ketindihan merasa tidak dapat menggerakkan tubuhnya, padahal sudah merasa bangun dari tidurnya.

Walaupun terasa mengerikan bagi yang mengalaminya, nyatanya fenomena seperti ini cukup sering terjadi. Berdasarkan data, mereka yang berusia 10-25 tahun adalah golongan orang yang paling sering mengalami ketindihan. Beberapa faktor risiko diketahui dapat menjadi pencetusnya.

1. Kelelahan fisik

2. Kurang tidur

3. Dalam kondisi depresi atau stres

4. Sedang dalam kondisi kecemasan

Jadi tidak hanya karena lelah secara fisik, kondisi psikis yang sedang terganggu juga berpotensi meningkatkan risiko ketindihan. Karena itu, jangan heran bila saat tidur dalam kondisi lelah fisik atau psikis kemudian mengalami ketindihan.

Tips mencegah ketindihan

Tidak perlu khawatir, kondisi ini tidak berbahaya dan akan hilang sendirinya dalam 1-2 menit setelah benar-benar terjaga. Untuk mencegah ketindihan atau sleep paralysis, ada beberapa yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pastikan istirahat cukup setidaknya 7 jam saat waktu tidur malam

2. Relaksasi sebelum tidur bila aktivitas hari itu dirasa melelahkan

3. Atasi stres dengan melakukan hobi dan berolahraga

4. Hindari konsumsi alkohol sebelum tidur

5. Batasi asupan kafein, termasuk kopi dan teh setelah jam 2 siang

6. Hindari menggunakan perangkat elektronik sebelum tidur

Nah sekarang sudah tahu kan bahwa ketindihan sebenarnya tidak ada hubungannya dengan gangguan makhluk halus atau hal-hal mistis lainnya. Fenomena ini bisa dijelaskan secara ilmiah dan medis, serta terbukti ada faktor-faktor yang dapat mencetuskannya. Dengan menghindari faktor-faktor tersebut, ketindihan atau sleep paralysis semaksimal mungkin bisa dihindari. Tidur menjadi lebih tenang, saat bangun pun tubuh akan terasa jauh lebih segar.(HNS/RVS/klikdokter)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tidur Siang, Kenali Manfaatnya


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Tidur   ketindihan  

Terpopuler