Aparat Pergi, di TKP Hanya Ada Gerobak Nur yang Penuh Darah

Minggu, 15 Mei 2011 – 07:41 WIB
Baku tembak antara Densus 88 dan dua orang yang terduga teroris dini hari kemarin memakan korban warga sipilNur Iman, yang sehari-hari berjualan hik (makanan khas Solo), tewas dalam baku tembak itu

BACA JUGA: Sartono, Pencipta Lagu Hymne Guru yang Mulai Terganggu Daya Ingatnya

Benarkah dia hanya korban salah sasaran? Bagaimana kesaksian warga di tempat kejadian?


--------------------------------
Laporan FERI ARDI SUSANTO, Solo
--------------------------------

TAK sulit mencari rumah Nur Iman
Lokasinya tak jauh dari TKP (tempat kejadian perkara) baku tembak antara tim Densus 88 dan terduga teroris

BACA JUGA: Kisah Lain Briptu Norman di Kampung Halaman, Mulai Konser Akbar hingga Foto-Foto Syur

Yakni, di Kampung Dukuh, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Menuju rumah Nur harus melewati gang sempit yang hanya cukup dilalui satu motor
Rumah itu sangat sederhana, kira-kira berukuran 8 x 10 meter

BACA JUGA: Mengunjungi Pesantren Al-Zaytun bersama Menag, ketika Gencar Dituduh Markas NII

Di depan rumah tampak gerobak hik bercat biru yang biasa digunakan Nur untuk berjualanMenurut Muhono, 42, kakak ipar Nur, setiap hari adiknya berjualan hik mulai pukul 17.00.

Ketika Radar Solo (Jawa Pos Group) datang kemarin siang, rumah Nur tak berpenghuniDi dalam rumah tampak beberapa perabot, seperti kulkas, sebuah televisi, dan seperangkat kursi tamuIstri dan dua anak Nur tak berada di rumahMenurut warga, mereka dibawa polisi setelah baku tembak reda.

Nur menikah dengan Waliyem, 37Mereka dikaruniai dua anak, Rizky, 9, dan Ririn, 3Menurut Muhono, sebelum berjualan hik, Nur bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik tekstil di SukoharjoSelain berjualan hik, Nur bekerja secara serabutan di siang hariPekerjaan itu ditekuni pria asal Desa Besole, Kecamatan Wonosari, Klaten, tersebut sejak enam tahun lalu.

"Kalau siang biasanya kerja serabutanKadang buruh tukang bangunan, kadang juga ikut tetangga menjual besi rongsokan," terang Muhono kepada Radar Solo.

Selain dengan istri dan dua buah hatinya, Nur tinggal bersama ibu mertuanya, Ny Harso MulyonoBagi keluarga dan warga masyarakat sekitar, Nur dikenal berperilaku baik, rajin, dan aktif dalam kegiatan masyarakatKarena jiwa sosialnya yang cukup tinggi, dia dipercaya menjadi salah satu pengurus di RT setempat untuk mengurusi bidang penerangan dan perlengkapan.

Tanggung jawab Nur terhadap jabatan ini juga cukup tinggiMuhono menyebut, setiap kali ada lampu penerangan jalan yang mati di sekitar RT-nya Nur langsung menggantinyaInilah yang membuat para tetangga begitu kehilangan setelah Nur tewas dalam baku tembak tersebut.

Meski Nur disebut korban salah sasaran, kemarin sempat muncul selentingan kabar bahwa dia dianggap terlibat dalam jaringan organisasi Islam radikalTerhadap kabar itu, keluarga dan sejumlah warga yang mengenalnya membantah keras"Dia (Nur) hanya korban salah sasaranNggak mungkin dia terlibat teroris," kata Tarso Wiyono, 80, paman Nur, kepada Radar Solo.

Pernyataan tersebut dikuatkan salah seorang perempuan yang mengaku pernah mengontrak rumah selama beberapa tahun di sebelah rumah NurMenurut wanita warga Telukan, Grogol, Sukoharjo, yang namanya enggan dikorankan itu, Nur tidak pernah terlibat aksi terorisme.

"Aku ngerti Nur suwe (saya tahu Nur lama)Wong neng mesjid wae ratau, opo meneh melu organisasi teroris sing koyo ngonoAku sing dudu apa-apane ratrimo nek Nur dicap teroris (Wong ke masjid saja tak pernah, apalagi ikut organisasi teroris seperti ituSaya yang bukan apa-apanya tidak terima kalau Nur dicap teroris)," beber wanita tersebut.

Aksi baku tembak antara Densus 88 dan teroris dini hari kemarin membuat warga di Kampung Dukuh, RT 2/RW III, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, mendadak gemparRentetan tembakan terdengar beberapa kali di kawasan tersebutSriyono, perangkat Desa Sanggrahan, yang rumahnya hanya berjarak 50 meter dari TKP, sontak bangun dari tidur nyenyaknya saat baku tembak terjadi.

Merasa ada sesuatu yang janggal, dia memberanikan diri untuk keluar rumahSetelah keluar, dia dihampiri dua anggota Densus 88 dari arah selatan yang mengendarai sepeda motorAparat Densus itu menyuruhnya masuk rumah kembali.

Setelah situasi dirasa aman, Sriyono beserta belasan tetangganya mulai keluar rumah untuk mengecek situasi sekitarSasarannya gerobak hik Nur Iman yang berjarak hanya beberapa meter sebelah selatan TKPSetelah sampai di lokasi, Sriyono beserta warga lain tidak menemukan sosok NurMereka hanya mendapati gerobak hik yang sudah berlumur darahKetika Nur dicari di rumahnya, justru rumah tersebut kosong melompong dan tidak ada penghuninya.

"Kami bahkan belum mengetahui kondisi Nur dan keluarga yang kabarnya dibawa oleh Densus 88, entah ke mana," kata Sriyono.

Untuk mencari kejelasan nasib Nur dan keluarganya, kerabat dekat maupun perangkat desa mendatangi Mapolsek Grogol untuk meminta kejelasan polisi"Pagi tadi (kemarin) setelah kejadian, kami mendatangi Polsek Grogol untuk minta kejelasan terkait dengan keadaan Nur dan keluarganyaKami tidak terima Nur dan kampung kami dianggap sarang terorisKalau memang Nur dianggap teroris, seharusnya ada buktiKalau tidak, mengapa bisa jadi korban salah sasaran?" kata Sriyono(jpnn/nan/c2/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lumpuh sejak Umur 4 Tahun, Risnawati Sukses Berjuang Wujudkan Mimpinya (2-Habis)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler