SINGAPURA - Kesepakatan APEC dalam merumuskan deklarasi di bidang ekonomi tidak sampai berlanjut ke isu lainPara pemimpin 21 negara Asia Pasifik justru tidak mampu mencapai kata sepakat soal upaya memerangi perubahan iklim
BACA JUGA: Thaksin-Hun Sen Panen Kecaman
Mereka beralasan masalah itu akan dibicarakan secara lebih intensif dalam pertemuan di bawah PBB di Kopenhagen, Denmark, bulan depan.Kendati begitu, para pemimpin APEC mendukung proposal dari Perdana Menteri (PM) Denmark Lars Loekke Rasmussen yang ditujukan "memaksakan" pernyataan sikap politik atas pertemuan Desember
Negosiasi menyangkut pengganti Protokol Kyoto tentang perubahan iklim, yang masa berlakunya habis pada 2012, macet
BACA JUGA: PNG Pulangkan Mantan OPM
Sebab, ada perbedaan antara negara-negara kaya dan negara-negara berkembang, termasuk Tiongkok.Negara-negara industri maju menekan raksasa-raksasa ekonomi baru, seperti Tiongkok, India, dan Brazil, yang saat ini menjadi penyumbang emisi gas karbon besar, untuk memperkuat janji mengatasi efek rumah kaca
"Para pemimpin APEC menilai tak realistis untuk mengharapkan kesepakatan penuh yang mengikat secara legal dan internasional dinegosiasikan dalam 22 hari antara saat ini hingga saat KTT Kopenhagen, bulan depan," kata Mike Froman, deputi Penasihat Keamanan Nasional AS.
Dalam deklarasi akhir, APEC jelas menyerukan soal pentingnya "mencapai hasil yang ambisius di Kopenhagen"
BACA JUGA: Upaya Merangkul Jepang Kembali
Tetapi, APEC justru membuang atau mencoret proposal yang tercantum dalam draf awal untuk pada 2050 memangkas emisi gas karbon separo dari level pada 1990.Kelompok pecinta lingkungan WWF menilai para pemimpin APEC kehilangan kesempatan besar untuk mendekatkan dunia pada kesepakatan yang adil dan mengikat dalam KTT di Kopenhagen mendatang"Sepertinya tidak terlihat ada strategi yang pintar untuk memenangkan perang mengatasi perubahan iklim," kritik juru bicara WWF Diane McFadzien.
Presiden Tiongkok Hu Jintao menuturkan kepada para pemimpin APEC bahwa dirinya berharap "hasil positif" di KopenhagenHu sekaligus berjanji bahwa pemerintahnya "siap bekerja sama dengan semua pihak untuk mencapai tujuan (pengurangan emisi gas karbon)."
Hu juga mengulangi sikap Beijing bahwa negara-negara maju juga harus diwajibkan memangkas emisi karbon serta menyediakan teknologi dan bantuan finansial bagi negara-negara miskin untuk berupaya mengurangi perubahan iklim.
Arkady Dvorkovich, kepala penasihat ekonomi Presiden Rusia Dmitry Medvedev, menyebut bahwa para pemimpin APEC "siap mencapai terobosan kesepakatan politik yang akan mendorong proses negosiasi."
Presiden AS Barack Hussein Obama mengakui kecemasan negara-negara berkembang"Kita harus cari solusi yang akan memungkinkan semua bangsa meningkatkan standar kehidupan tanpa mencemari atmosfer dan mendatangkan kerusakan pada iklim," tuturnya"Solusi seperti itu tidak mungkin tercapai tanpa partisipasi negara-negara APEC," lanjutnya(AFP/AP/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama, Orang Paling Berpengaruh versi Forbes
Redaktur : Antoni