Aplikasikan Teknologi Transportasi Baru, Indonesia Mesti Gandeng Negara Lain

Kamis, 17 Desember 2020 – 12:06 WIB
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto. Foto dok PII

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto mengatakan pesatnya perkembangan teknologi baru di sektor transportasi di dunia membutuhkan dukungan pemerintah untuk bersinergi dengan negara lain.

Hal itu disampaikan Heru saat webinar 'Technology innovation and Business in Transportation Sector' yang digelar pada Rabu (16/12).

BACA JUGA: Eva Belisima: Aku Sama Mas Kiwil Akan Tampil ke Media

“Kesenjangan infrastruktur dan implementasi inovasi teknologi baru di sektor transportasi di berbagai negara membuka peluang bagi negara dan badan usaha di seluruh dunia untuk bekerja sama,” kata Heru.

Heru menegaskan, insinyur kolaborator merupakan pihak ketiga yang penting untuk mengkatalisasi penyebaran inovasi teknologi di sektor transportasi.

BACA JUGA: 2 Konten Kreator ini Sudah Rasakan Kecanggihan Sharp Aquos Zero 2 dan Sharp Aquos R3

“Kami dengan senang hati berkolaborasi dengan mitra insinyur dari negara lain untuk terlibat dalam transfer teknologi dan aplikasi teknologi disruptive sektor transportasi, karena peluang terbuka luas di banyak kota urban di Indonesia,” seru Heru.

Kerja sama teknologi sektor transportasi secara nyata bisa dilihat dari pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang sedang berlangsung.

BACA JUGA: Lewat Cara ini Angkasa Pura I Fasilitasi UMKM Naik Kelas di Bandara

Pembangunan infrastruktur tersebut menggunakan skema kerja sama B to B oleh BUMN Indonesia dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd.

Adapun perkembangan pembangunan kereta cepat saat ini telah mencapai 60 persen.

Dengan semakin banyaknya inovasi teknologi baru, kolaborasi dan peluang bisnis antara negara di luar negeri dan Indonesia menjadi tidak terhitung.

“Kerja sama dalam pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membuktikan kolaborasi dan bisnis dari berbagai negara dapat mengkatalisasi dampak positif dari inovasi teknologi di negara berkembang," tutur dia.

Sementara, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan Indonesia memiliki pasar industri otomotif yang sangat besar.

Pemerintah pun mendorong perguruan tinggi untuk terus melakukan penelitian dan pengembangan kendaraan otonom atau kendaraan tanpa pengemudi.

“Pengembangan kendaraan otonom dibutuhkan di ibu kota negara baru yang rencananya dibangun di Kalimantan Timur,” ujarnya.

Dalam 5 hingga 10 tahun mendatang, pemerintah memperkirakan penjualan kendaraan otonom dapat melampaui mobil konvensional saat ini.

Berbagai keunggulan kendaraan otonom seperti kemampuan mengurangi emisi karbon, mengurangi tingkat kecelakaan di jalan raya, serta kemampuan ketepatan waktu diprediksi menjadi faktor pendorong tingginya penjualan kendaraan otonom di masa depan.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler