APTI: Cukai Rokok Naik, Serapan Tembakau ke Petani Rendah

Selasa, 27 Oktober 2020 – 04:22 WIB
Ilustrasi pekerja di pabrik rokok. Foto: Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Rencana pemerintah menaikkan cukai rokok atau Cukai Hasil Tembakau (CHT) menjadi 17 persen pada 2021 dirasa sangat memberatkan petani tembakau di Pulau Jawa.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Tengah, Muh. Rifai mengatakan efek dari kenaikan CHT berimbas pada serapan tembakau petani oleh pabrikan rokok.

BACA JUGA: Soal Kenaikan Cukai Rokok, AMTI Minta Perlindungan Presiden

"Jika CHT naik, harga jual rokok ke konsumen pasti meningkat, saat ini daya beli konsumen rokok mengalami penurunan dan pabrikan rokok pasti menurunkan produksi,” kata Rifai, Senin (26/10).

Menurut Rifai, petani tembakau jangan dibebani untuk memulihkan perekonomian negara dengan kenaikan CHT.

BACA JUGA: Temukan Cinta di Waktu yang Salah, Mieke Amalia: Belajar dari Masa Lalu Tanpa Harus Sembunyi

“Dengan kenaikan CHT tahun lalu, serapan tembakau petani oleh pabrikan tsemakin menurun. Ketika panen tembakau, harga jualnya sangat rendah,” paparnya.

Senada, Wakil Ketua Umum APTI  Samukrah juga mengatakan kenaikan CHT sebesar 17% pada 2021 akan merugikan petani tembakau.

BACA JUGA: Ketahui 4 Fakta Seputar Rokok Elektrik

“Jika CHT naik, produksi rokok tidak akan berjalan karena bahan bakunya dibeli murah. Ini sangat memberatkan petani tembakau,” seru Samukrah.

Untuk itu, pemerintah harus membuat regulasi yang jelas bagi petani tembakau di beberapa wilayah karena setiap tahun selalu mengalami masalah saat panen, sehingga selalu dirugikan terkait harga.

"Petani tembakau di Sumenep dan beberapa wilayah Madura selalu mempunyai masalah yang tidak pernah selesai, karena tidak adanya regulasi soal harga, sehingga selalu dirugikan, ditambah lagi kenaikan CHT,” sebut Samukrah.

“Akibat kenaikan CHT, serapan ke pabrikan menurun dan harga tembakau juga anjlok. Kami menolak Kenaikan CHT karena memberatkan petani tembakau,” imbuh Ketua DPC APTI Lamongan, Mudi.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler