APTI Optimistis Penjualan Tembakau Lebih Baik

Jumat, 14 Juli 2017 – 00:10 WIB
SORTIR: Petani tembakau di Lotim paska panen menyortir daun tembakau setelah proses pengovenan untuk nantinya dijual ke perusahaan mitra. Petani tambakau mengeluhkan sepinya pmebelian dari perusahaan. Foto: Gazali/Radar Lombok Ilustrasi :

jpnn.com, SURABAYA - Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) memprediksi penjualan tembakau di tahun 2017 ini lebih baik dari tahun sebelumnya.

Pertimbangannya, kondisi cuaca pada musim panen yang akan dilakukan pada Agustus dan September mendatang lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

BACA JUGA: Pansus RUU Pertembakauan Kantongi Manfaat Tembakau untuk Kesehatan

Hal itu seperti diungkapkan Suseno, Ketua Umum APTI usai menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) APTI Tahun 2017 yang dihadiri enam dewan pengurus daerah (DPD) APTI dan 97 peserta seIndonesia di Hotel Aria Surabaya, Rabu (12/7).

Dia mengatakan, fakta pertanian tembakau dalam enam tahun terakhir hasil produksi tembakau Indonesia berfluktuasi dengan rata-rata produksi sekitar 170.000 ton per tahun.

BACA JUGA: Misbakhun Ingatkan Kemenkes soal Hak Petani Tembakau

Selain faktor cuaca, angka produksi juga dipengaruhi adanya penurunan lahan untuk tanaman tembakau sebesar 28 persen persen dari tahun 2012 ke tahun 2015.

“Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa penurunan luas tanaman tembakau disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan untuk komoditas lain, utamanya adalah untuk tanaman pangan, dan ada beberapa lahan yang menjadi lahan perumahan,” papar Soeseno.

BACA JUGA: Beginilah Modus Pengedar Menjual Tembakau Gorila

Dia menambahkan, target APTI tahun ini sekitar 80 persen dari rata-rata produksi 170 ribu sampai 180 ton per tahun, dibanding tahun 2016 yang hanya mencapai 40 persen.

“Selama kurun 2015 menuju 2016, produksi tembakau nasional dalam posisi tidak bagus, karena area yang terkena musim kemarau basah cukup luas dan yang bisa ditanami hanya sekitar 30 persen,” jelas dia.

Untuk Jatim, lanjut Soeseno, hasil yang bisa diambil sekitar 40 persen dari total lahan 60 ribu hektare yang ditanami, karena sebagian besar terkena musim kemarau basah.

Apalagi, biaya penanaman atau produksi tembakau, baik untuk bibit, pupuk, dan upah pekerja yang lebih tinggi dan besar bila dibandingkan dengan tanaman lain sehingga modalnya pun harus tinggi.

“Kita harus mengejar ketertinggalan dengan negara lain seperti Vietnam yang mampu memproduksi 2 ton per hektare, serta India dan Tiongkok yang rata-rata 2,5 ton,” kata dia.

Saat ini produktivitas perkebunan tembakau lndonesia masih 0,7 ton per hektare, sedangkan produktivitas negara lain di atas satu ton per hektar. (han/hen)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Bicara Pengendalian Rokok Jika Butuh Penerimaan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler