jpnn.com, JAKARTA - Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) kembali merilis hasil survei tentang elektabilitas tokoh jika pemilu presiden (pilpres) digelar saat ini. Joko Widodo masih merajai survei dengan elektabilitas 38,9 persen, sedangkan dibawahnya ada Prabowo Subianto dengan selisih 12 persen.
Di luar kedua nama itu, elektabilitasnya masih di bawah 5 persen. Misalnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan elektabilitas 1,6 persen, Anies Baswedan (0,9 persen), Basuki T Purnama (0,8 persen), Jusuf Kalla (0,8 persen), Hary Tanoe (0,6 perseb), Surya Paloh (0,3 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (0,3 persen), Ridwan Kamil (0,3 persen) dan Gatot Nurmantyo (0,3 persen).
BACA JUGA: Jokowi Minta TNI Tidak Ikut Politik, Ini Kata Bang Ara
Survei SMRC yang dipaparkan di Jakarta, Kamis (5/10) itu juga memotret elektabilitas partai politik jika pemilu legislatif digelar saat ini. Hasilnya, PDIP di tempat teratas dengan elektabilitas 27,1 persen, diikuti Golkar (11,4 persen), Gerindra (10,2 persen), Partai Demokrat (6,9 persen), PKB (5,5 persen), PKS (4,4 persen), PPP 4,3 persen, PAN (3,6 persen), Nasdem (2,4 persen), Perindo (2 persen) dan Hanura (1,3 persen).
Survei dilakukan pada 3-10 September 2017 terhadap 1.057 responden yang sudah memiliki hak pilih. Survei itu memiliki margin of error 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
BACA JUGA: Jokowi Berpeluang Memenangi Pilpres 2019, Begini Syaratnya
Politikus PDIP Maruarar Sirait yang hadir pada paparan hasil survei bertitel Kecenderungan Dukungan Politik 3 Tahun Pemerintahan Jokowi itu mengatakan, dukungan kepada tokoh memang sejalan dengan suara untuk partai politik pendukungnya. Menurutnya, dukungan tinggi kepada Jokowi pun dibarengi kuatnya elektabilitas PDIP.
Ara -panggilan akrab Maruarar- mengatakan, duet Jokowi dan Megawati merupakan sosok penting dalam mendongkrak elektabilitas PDIP. Kinerja positif yang ditunjukkan pemerintahan Jokowi pun ikut menaikkan kepercayaan rakyat terhadap PDIP.
BACA JUGA: Uztaz Jazuli Yakini Panglima TNI Tak Bermanuver Politik
"Jokowi menjadi magnet elektoral bagi pemilih di luar PDI Perjuangan. Maka elektabilitas Pak Jokowi mecapai 38 persen," tegasnya.
Pada saat yang sama, kata Ara menambahkan, Megawati mejadi sosok perekat dan penguat soliditas di internal PDI Perjuangan. Megawati merupakan sosok pemimpin yang berkerakter, teguh dalam ideologis, idealis dan punya pengalaman yang panjang.
"Maka Jokowi menjadi magnet elektoral bagi pemilih luar, Bu Mega menyolidkan kekuatan di dalam PDI Perjuangan. Hasil survei yanng tinggi berkat kekompakan Bu Mega dan Jokowi," tegas Maruarar.
Sedangkan peneliti SMRC Djayadi Hanan mengatakan, sosok tokoh partai dan seorang calon presiden secara kualitatif akan sangat berdampak pada kenaikan maupun penurunan dukungan kepada partai politik. PDI Perjuangan misalnya, mengantongi berkah elektoral dengan suara mencapai 34 persen pada Pemilu 1999 sebagai dampak dari ketokohan Megawati.
Hal serupa juga terjadi pada Partai Demokrat (PD). Ketokohan SBY membuat PD bisa mengantongi 21 persen suara pada Pemilu 2009.
"Pun demikian dengan hubungan PDIP dan Jokowi. Meskipun Jokowi bukan tokoh sentral PDIP, rakyat tetap melihat sebagai tokoh sentral PDIP. Dan PDIP mendapatkan efek positif dari penilaian positif rakyat umumnya terhadap presiden, Dan tentu saja Jokowi juga membutuhkan PDIP untuk kelangsungannya sebagai presiden," ulas Djayadi.(ysa/rmol/jpg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ara: Pada Waktunya Jokowi akan Minta JK Nakal demi Bangsa
Redaktur & Reporter : Antoni