Arek-arek Suroboyo Seakan Memiliki Seribu Nyawa

Selasa, 10 November 2015 – 07:05 WIB
Drama kolosal Surabaya Membara. Foto: Jawa Pos

jpnn.com - SURABAYA - Dentuman senjata dan bom pun menjadi-jadi tatkala teriakan Allahu Akbar dari para pejuang membelah angkasa. Api berkobar membakar seluruh bangunan Gedung Internatio.

Seakan memiliki seribu nyawa, arek-arek Suroboyo menyerang persenjataan canggih milik sekutu dengan bambu runcing dan senjata seadanya

BACA JUGA: Keren! Sukhoi TNI Paksa Pilot Amerika Turunkan Pesawatnya di Tarakan

Di tengah kekacauan itu, beberapa anggota TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) menyusup di beberapa basis militer sekutu. Melalui beberapa strategi, markas militer tersebut mampu dilumpuhkan. Serangan para pejuang pun semakin tidak terbendung hingga berakhir dengan perginya sekutu dari Surabaya.

Adegan itu merupakan bagian dari pergelaran drama kolosal Surabaya Membara yang diadakan di Tugu Pahlawan tadi malam (9/11). Dengan judul Tentara Republik Indonesia Pelajar, drama tersebut dimainkan lebih dari 800 orang yang terdiri atas tentara, operator tank, pelajar SMA, dan beberapa komunitas di Surabaya.

BACA JUGA: Dukung BNP2TKI untuk Wujudkan Zero Cost Penempatan TKI

Pertunjukan begitu spektakuler dengan hadirnya beberapa kendaraan perang seperti tank. Tidak lupa, permainan kembang api dan bom asap semakin membuat suasana pergelaran tersebut semakin hidup.

Drama kolosal itu ditutup dengan lagu Gugur Bunga. Tampak langit yang semula diselimuti mendung tidak kuasa menahan beratnya air. Hujan cukup deras membuyarkan kerumunan penonton yang memadati Jalan Pahlawan sejak sore.

BACA JUGA: Begini Cara Pers Indonesia Melaksanakan Revolusi Mental

Taufik Monyong, penulis naskah sekaligus sutradara drama kolosal tersebut, menjelaskan, judul TRIP dipilih sebagai wujud sindiran terhadap jiwa nasionalisme anak muda sekarang. Menurut dia, saat ini hampir sebagian besar anak muda lebih peduli pada gadget mereka daripada mengenal dan mengenang para pahlawannya.

"Biar mereka tahu, dulu yang ikut perang itu hampir sebagian besar pemuda. Kalau pemudanya seperti sekarang, mau jadi apa bangsa kita?" ujarnya.

Rudi Widodo, warga Bulak yang kemarin ikut menonton drama kolosal itu, menyatakan senang jika pergelaran tersebut diadakan setiap tahun. Masyarakat Surabaya bisa terus mengingat pengorbanan para pejuang dalam melawan penjajah saat itu. (rid/cik/c6/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua DPR: Jangan Sampai Jadi Isu Terus!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler