Arief Poyuono: Jangan Merasa Paling Benar

Sabtu, 25 April 2020 – 15:22 WIB
Arief Poyuono. Foto: Dokumen JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menyatakan ada pihak-pihak yang menginginkan keadaan perekonomian kacau akibat dampak Covid-19. Oleh karena itu, Arief menegaskan sudah saatnya pemerintah, pengusaha, dan buruh bergandengan tangan menyelamatkan perekonomian nasional.

“Harus satu visi dan misi untuk menyelamatkannya, dan jangan ada yang merasa paling benar dan paling yang diutamakan,” kata Arief, Sabtu (25/4).

BACA JUGA: Sikap Asosiasi Pekerja Sumut Sudah Sepakat Jelang Hari Buruh

Sebab, ujar Arief, kerusakan mesin perekonomian Indonesia barulah sekitar 25 persen. Ia menyatakan mungkin saja kerusakan itu nanti bisa sampai taraf 100 persen akibat dampak Covid-19 ini.

“Karena pemerintah dan negara lain belum bisa memastikan kapan akhir dari penyebaran pandemi corona tersebut,” ungkapnya.

BACA JUGA: Bencoolen Coffee Tawarkan Program Prakerja untuk Barista dan Pengusaha Kopi Skala RT/RW

Arief menegaskan buruh harus mau menelan pil pahit akan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun dirumahkan oleh perusahaan. Sementara, pengusaha dan perusahaan juga harus jungkir balik mempertahankan cash flow-nya untuk berusaha tidak melakukan PHK dan merumahkan karyawannya.  

“Namun, kenyataannya tidak bisa dihindarkan yang namanya PHK dan merumahkan karyawannya,” kata dia.

BACA JUGA: Benarkah Penurunan Harga BBM Saat ini Justru Berbahaya Bagi Perekonomian?

Arief menyatakan pengusaha diberi dua pilihan yakni melakukan PHK atau hanya merumahkan karyawannya karena terpepet akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, pengusaha lebih memilih merumahkan pekerja dengan memangkas gaji mereka daripada melakukan PHK. Karena cash flow perusahaan tidak memungkinkan untuk membayar pesangon buruh yang di-PHK.  

Arief menjelaskan berdasar data terbaru Kementerian Ketenagakerjaan per 20 April 2020, jumlah pekerja yang terdampak Covid-19 sebanyak 2.084.593 dari sektor formal dan informal yang berasal dari 116.370 perusahaan.

Perinciannya jumlah perusahaan dan pekerja formal yang dirumahkan adalah 1.304.777 dari 43.690 perusahaan, sedangkan pekerja formal yang di-PHK sebanyak 241.431 orang pekerja dari 41.236 perusahaan.

“Sementara pemerintah juga terus bekerja keras untuk bisa menghindarkan ambruknya perekonomian Indonesia akibat Covid-19, walau sebenarnya terlambat dalam mengantisipasi dampak Covid-19 terhadap perekonomian,” kata dia.

Begitu juga presiden Joko Widodo sebagai penanggung jawab tertinggi atas negara ini tak henti-hentinya bekerja keras. “Mungkin juga sampai kurang tidur dalam upaya menormalkan dan membebaskan Indonesia dari pandemi Covid-19,” ujar Arief.

Oleh karena itu, Arief menegaskan pimpinan buruh, pengusaha, pemerintah, harus bisa benar-benar bekerja sama untuk menyelamatkan Indonesia. Dia menegaskan setop semua politisasi dan mengadu domba yang dilakukan oleh elite-elite poliitk tertentu terhadap buruh, pengusaha, dan pemerintah agar tidak bisa menjadi satu pemikiran.

“Contoh saja, program Kartu Prakerja yang sangat memberikan dampak yang positif sebagai buffer ekonomi bagi buruh dan pengusaha serta perekonomian nasional selalu digoreng-goreng oleh elite-elite politik yang menginginkan situasi kacau akibat pandemi Covid-19,” pungkas Arief.(boy/jpnn) 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler