Arief Yahya Luncurkan INSTO di PATA Travel Mart 2016

Jumat, 09 September 2016 – 09:38 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - BANTEN - Pameran pariwisata terbesar se-Asia Pasifik, PATA Travel Mart 2016 menjadi momentum penting buat Menteri Pariwisata Arief Yahya. 

Dalam ajang yang digeber di Indonesian Convention Exhibition (ICE), Tangerang Selatan, Rabu (7/9) malam itu, mantan Dirut Telkom tersebut sekaligus me-launching kerja sama dengan lembaga PBB untuk pariwisata, UNWTO melalui program Sustainable Tourism Observatorium (INSTO).

BACA JUGA: Jika Archandra Diangkat Lagi jadi Menteri, Dinilai Akan Muncul Kegaduhan

Tujuannya adalah untuk membangun destinasi pariwisata yang berkelanjutan, yakni menjaga lingkungan (Environmental), memberdayakan budaya (Cultural) dan tetap memberikan benefit (Economic Value). Menpar Arief Yahya sering menyingkat dengan istilah ECE, menomorsatukan environment. “Untuk STD, Sustainable Tourism Development, Indonesia hasilnya bagus. Kita peringkat kedua setelah China,” ungkapnya.

Sebagai langkah awal, kementerian di bawah komando Arief Yahya sudah menunjuk tiga lembaga pendidikan tinggi sebagai expert di badan research. Tugasnya, mengimplementasikan konsep prinsip sustainable tourism di daerah destinasi. Ketiga lembaga pendidikan tinggi yang dimaksud adalah Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM ) dan Universitas Mataram (Unram). “Selama ini ketiganya sudah mulai bekerjasama dengan UNWTO di Madrid,” ungkap Arief.

BACA JUGA: Kabar Baik dari Pemerintah untuk Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu

Daerah observasinya? Juga sudah disiapkan. Setidaknya ada tiga kawasan destinasi yang sudah disodorkan untuk diobservasi dengan pendekatan Sustainable Tourism Development (STD). Yang pertama, Sesaot di Senggigi, Lombok Barat. 

Kawasan ini akan diduetkan dengan Universitas Mataram. Setelah itu, ada Pangandaran yang akan berkolaborasi dengan tim ITB Bandung. Satunya lagi,  Sleman dengan Universitas Gajah Mada. Tiga kawasan destinasi itu diobservasi dengan pendekatan Sustainable Tourism Development (STD) oleh UN-WTO dengan didampingi perguruan tinggi nasional yang melihat kaitan antara community, destinastion, dan sustainability. “Saya ingin jadikan Indonesia sebagai contoh sukses Sustainable Tourism Development,” ujar Menpar Arief Yahya, Rabu (7/9).

BACA JUGA: Bisnis Transportasi Online Harus Prioritaskan Keselamatan Konsumen

Dari paparan Marketeer of The Year 2013 itu,  seluruh perguruan tinggi yang ditunjuk tadi langsung melakukan penilaian terhadap daerah-daerah destinasi. Bagi daerah-daerah yang masuk dalam sutainable tourism, akan memperoleh sebuah sertifikat sustainable tourism. 

"Sustainable Tourism Development, Sustainable Tourism Obesrvatori, dan Sertifikasi Sustainable Tourism sebagai upaya Kemenpar dalam mendorong pertumbuhan Sustainable Tourism di tanah air. Semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan,” ucap Arief.

Standarnya pun dibuat global. Acuannya, prinsip-prinsip dalam sustainable tourism UN-WTO. Pembangunannya didukung secara ekologis dalam jangka panjang, layak secara ekonomi serta adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.  

“Ini sebagai upaya menarik sebanyak mungkin wisatawan mancanegara ke Indonesia yang tahun ini ditargetkan 12 juta dan akan menjadi 20 juta wisman pada 2019,” katanya.

Sekjen UN-WTO (United Nation World Tourism Organization) Taleb Rifai, langsung memberikan respon. “Apa yang dilakukan Indonesia, sangat hebat. Contoh yang bagus. ukungan pemerintah sangat penting untuk menjamin pembangunan berkelanjutan dari sektor pariwisata,” ungkap Rifai. 

Dia menilai, pembentukan tiga observatorium di Indonesia sudah on the track. Timingnya pas. Kerja samanya dilakukan beberapa bulan sebelum Sustainable Tourism Development di-launching pada Januari 2017. “Waktunya pas. Pembangunan pariwisata Indonesia adalah contoh sukses yang bisa ditiru negara lain,” tambah Rifai.

Sekadar gambaran, INSTO menyediakan kerangka kerja untuk pertemuan rutin, analisis dan komunikasi informasi tentang dampak lingkungan, sosial dan ekonomi pariwisata di destinasi. Saat ini, jaringannya mencakup 14 observatorium. Delapan ada di Tiongkok, tiga di Indonesia, satu di Yunani, satu di Meksiko dan satu lainnya di Brasil. (adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Waduh, Banyak CPNS Ber-NIP Tidak Diangkat Kada


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler