Arief Yahya Optimistis Pariwisata Bisa Jadi Core Business Indonesia

Senin, 12 September 2016 – 00:22 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya tanpa diketahui banyak pihak telah memberikan masukan kepada Presiden Joko Widodo terkait core business pemerintah. Mantan Dirut PT Telkom itu sudah melayangkan usulan tertulis kepada Presiden Joko Widodo tentang upaya mendongkrak perekonomian melalui pariwisata.

“Iya, saya jelaskan pariwisata berpotensi menjadi core business Indonesia,” kata Arief di Jakarta. Menurut dia, pariwisata mampu secara signifikan mendongkrak produk domestik bruto (PDB) PDB, devisa dan lapangan kerja dengan mudah, murah dan cepat.

BACA JUGA: 2017, Bangun 11.400 Rusun

Karena itu, Arief berupaya menuntaskan semua menuntaskan semua hambatan di Kemenpar demi mendongkrak perekonomian masyarakat. Menteri asal Banyuwangi itu menjelaskan, pariwisata telah menyumbangkan 10 persen dari PDB nasional.

“Dengan nominal tertinggi di ASEAN. Jarang lho, kita punya angka terbaik di regional kan? Di sini kita dapat,” katanya.

BACA JUGA: Tour Operator Kondang Eropa pun Ikut Pasarkan Wonderful Indonesia

Kedua, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen dengan tren kenaikan sampai 6,9 persen, atau  jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan. “Dari sini saja sudah bisa diraba, bahwa agriculture, manufacture, tidak akan bisa bersaing di era digital. Pariwisata justru sebaliknya, performance-nya terus menanjak dan optimism itu kian terbentuk.

Ketiga, devisa pariwisata USD 1 Juta menghasilkan PDB USD 1,7 Juta atau 170 persen. Itu terbilang tertinggi dibanding industri lainnya.

BACA JUGA: Penguatan ICT Perusahaan, Pelni Gandeng Telkom

“Jadi kalau selama ini orang mengategorikan industri itu menjadi migas dan non-migas, maka kelak industri itu akan menjadi pariwisata dan non-pariwisata,” kata Arief.

Bagaimana dengan devisa? Menurut pria asli Banyuwangi ini, saat ini pariwisata masih menempati peringkat ke-4 dalam daftar penyumbang devisa nasional, atau sebesar 9,3 persen. Tapi, pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata itu tertinggi, yaitu 13 persen.

Sedangkan devisa dari industri minyak gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit justru tumbuh negatif.  “Ini penting: biaya marketing yang diperlukan hanya dua persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan,” katanya.

Soal tenaga kerja yang paling rumit dihadapi oleh negeri ini, pariwisata juga mampu menyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4 persen secara nasional dan menempati urutan ke-4 dari seluruh sektor industri. Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30 persen dalam waktu 5 tahun. “Itu pertumbuhan yang sangat signifikan,” ujarnya.

Pariwisata, sambungnya, menjadi pencipta lapangan kerja termurah karena bisa meng-create job opportunity hanya dengan USD 5.000/satu pekerjaaan. “Coba bandingkan dengan rata-rata industri lainnya yang sudah sebesar USD 100.000/satu pekerjaan,” jelasnya.

Karenanya Arief menegaskan bahwa pariwisata merupakan sektor yang paling seksi untuk dijadikan core business pemerintah. “Saat ini ada lima yang menjadi prioritas nasional, yakni infrastruktur, pangan, energi, maritim dan oariwisata,” kata Menpar Arief Yahya.

Ia juga sering menjelaskan soal TTI  atau trade, tourism, investment. Dia ingin mengubah singkatan itu dari tourism untuk mendorong perdagangan yang berujung investasi.

“Kalau sudah terbangun tourism-nya, bisa dengan mudah trading dan mencari investor yang hendak bergabung membangun destinasi dan atraksi buatan,” ungkap Arief.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Pengendali Inflasi Makin Mendesak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler