jpnn.com - SURABAYA – Kenaikan harga yang tergambar dalam angka inflasi di Jatim selama delapan bulan terakhir mencapai 1,8 persen. Hal itu membuat inflasi di Jatim lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi nasional 1,74 persen.
Bila didetailkan, separo angka inflasi Jatim disumbang kenaikan indeks harga konsumen di Surabaya. Secara year-on-year, angka inflasi di Surabaya mencapai 3,16 persen. Sektor penyumbang inflasi tertinggi di Surabaya adalah pendidikan, tarif listrik, dan harga cabai.
BACA JUGA: Sebulan Dijatah Tiga Tabung Elpiji 3 Kg
Karena tingginya angka inflasi tersebut, Bank Indonesia mendesak Pemkot Surabaya membentuk tim pengendali inflasi daerah (TPID). Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Benny Siswanto menyatakan, karakteristik Surabaya memang berbeda dengan daerah lain di Jatim.
’’Di sini kota konsumsi sehingga ketergantungan pasokan kebutuhan dengan daerah lain cukup tinggi. Sektor perdagangan harus menjadi perhatian agar harga tidak mahal,’’ katanya kemarin (9/9).
BACA JUGA: Limit Saldo E-Money Naik Jadi Rp 10 Juta
Ketua TPID Jatim Akhmad Sukardi mengakui, seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur telah memiliki TPID, kecuali Surabaya. Kota Surabaya baru memiliki forum pengendalian harga.
Dalam waktu dekat, TPID Surabaya dibentuk. Anggotanya adalah kantor wilayah Bank Indonesia, biro perekonomian pemkot, satuan kerja perangkat daerah terkait, kepolisian daerah, badan urusan logistik, dan badan usaha milik daerah.
BACA JUGA: Gandeng Telkom, Bank BUMN Hemat Rp 6,8 Triliun
Selain Surabaya, angka inflasi di Jatim disumbang Malang 1,6 persen, Banyuwangi 1,35 persen, serta Madiun 1,18 persen. Benny memprediksi, sampai akhir tahun inflasi di Jawa Timur mencapai 4 plus minus 1 persen.
Kadisperindag Jatim Ardi Prasetyawan menambahkan, pihaknya kini aktif memantau 40 harga komoditas di 116 pasar di Jatim. Jika ada kenaikan harga di salah satu komoditas, akan dicari penyebabnya dan penanganannya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Teguh Pramono memperkirakan, angka inflasi dalam empat bulan ke depan disumbang tembakau dan rokok, menyusul isu cukai rokok serta bahan pangan. Selain itu, ada momen penyumbang inflasi, yakni natal dan tahun baru.
Meskipun begitu, menurut Teguh, harga daging sapi yang landai karena momen Idul Adha diyakini memberikan kontribusi positif terhadap inflasi pada momen tersebut. (vir/c5/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PLN Dapat Kucuran Dana Investasi Rp 12 triliun
Redaktur : Tim Redaksi