jpnn.com, JAKARTA - Setidaknya terjadi enam kecelakaan di jalan tol fungsional yang dioperasionalkan untuk membantu melancarkan arus mudik tahun ini.
Korlantas Polri memastikan penyebab sebagian besar kecelakaan itu adalah pengemudi yang tidak patuh batasan kecepatan kendaraan 40 km per jam.
BACA JUGA: 398 Mobil Dinas Dikandangkan Jelang Lebaran
Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Korlantas Polri Kombespol Benyamin menjelaskan, enam kecelakaan itu memang terjadi dalam beberapa hari ini.
Kecelakaan yang paling baru adalah mobil Freed yang masuk ke sebuah sungai di tol fungsional. ”Kecelakaan itu telah dianalisa,” ujarnya.
BACA JUGA: ASDP Tak Bolehkan Kendaraan Barang Masuk Roro
Sebagian besar pengemudi kendaraan ternyata ngebut dengan kecepatan lebih dari 60 km per jam.
Kondisi jalan tol fungsional yang lumayan lengang ternyata membuat pengemudi memilih untuk tancap gas. ”Padahal, kondisi jalan tol fungsional itu bergelombang,” terangnya.
BACA JUGA: Hari Ini, 3.000 Pemudik Tinggalkan Batam Menuju Medan
Satu diantara kecelakaan itu diketahui akibat pengemudi yang kecapekan dan mengantuk. Pasalnya, kecelakaan terjadi di km akhir.
”Ini prediksi sementaranya,” ungkapnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin malam.
Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan kembali, maka pengemudi yang akan melewati jalan tol fungsional diharapkan mematuhi batas kecepatan 40 km per jam. ”Jangan terlalu ngebut, itu satu-satunya cara,” jelasnya.
Apakah debu mempengaruhi kondisi berkemudi? Dia mengatakan bahwa memang pada beberapa titik tol fungsional debu cukup tebal.
Namun, bila pengemudi tidak ngebut, tentunya debu itu bukanlah masalah. ”tidak masalah, debunya tidak begitu tebal,” ujarnya.
Terkait kondisi arus mudik, dia mengatakan bahwa kondisi paling parah terjadi di tol palimanan. Kemacetan sekitar 4 km hingga 6 km. Kondisi itu terjadi di pintu keluar tol. ”Tidak 12 km seperti yang dikabarkan ya,” ungkapnya.
Kemacetan itu terjadi karena pengemudi antri untuk keluar tol. Dia mengatakan, itu bukan kemacetan parah karena kendaraan tetap bergerak.
”Bukan macet total, kami juga upayakan percepatan agar macet tidak semakin panjang,” jelasnya.
Sementara Kakorlantas Polri Irjen Royke Lumowa menuturkan, terkait tol fungsional sebenarnya yang mengkhawatirkan adalah saat terjadi hujan.
Pasalnya, pembatasn jalannya belum ada. ”Sehingga akan tidak terlihat bila ada hujan,” jelasnya.
Apalagi, beberapa bagian jalan masih bergelombang, sehingga akan ada genangan air yang membuat pengemudi tidak melihat adanya gelombang di jalan tersebut.
”Ya, semoga tidak hujan di jalan tol fungsional,” ujarnya.
Terkait kondisi jalan fungsional tersebut, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memastikan seluruh jalan darurat akan ditutup pada malam hari.
Seperti di ruas Kaligangsa (Brebes)-Gringsing (Weleri). Jalan akan ditutup mulai pukul 18.00 WIB dan dibuka kembali pada pukul 06.00 WIB.
"Keputusan ini merupakan hasil pengamatan langsung karena memang jalan masih berdebu, bergelombang, tidak ada pagar dan minim penerangan di malam hari," ungkapnya.
Kendati ditutup pada malam hari, perangkat pendukung seperti rest area, supply BBM, hingga keamanan akan tetap disiagakan. sebab, ada kemungkinan jalur dibuka saat kondisi darurat.
Hingga H-4 lebaran, kepadatan di ruas jalan tol memang masih belum begitu besar. Sama seperti sebelumnya pada H-5, baru 108 kendaraan yang meninggalkan Jakarta melalui Gerbang Tol Cikarang Utama.
Jumlah ini memang mengalami peningkatakan hingga 43 persen dibanding lalu linta harian rata-rata normal sebanyak 76 ribu kendaraan. Namun, menurun bila dibandingkan dengan H-5 pada tahun lalu.
"Karena H-5 2016 itu merupakan puncak arus mudik, dimana total mencapai 118 ribu kendaraan. Tahun ini memang turun, karena H-5 belum jadi puncak arus mudik," ujar Corporate communication PT jasa Marga Dwimawan Heru Santoso.
Arus lalu lintas dalam tol pun belum menunjukkan kepadatan. Dari laporan NTMC polri, kepadataan hanya tampak di titik-titik tertentu seperti gerbang tol.
Selama ini, gerbang tol memang masih jadi hambatan utama kelancaran arus lalu lintas. Selain disebabkan volume kendaraan yang membludak, adanya gardu tol dengan pembayaran tunai jadi salah satu penyebab utama.
"Arus lalu lintas ramai lancar. Hanya memang di gerbang tol utama palimanan ada antrian kendaraan hingga 6 Km. Gardu Cikarang Utama juga ramai lancar, tidak ada penumpukan panjang," ujar petugas NTMC Polri Fajar saat dihubungi.
Sementara itu, dari posko mudik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dilaporkan mulai tampak adanya pergerakan kendaraan roda dua ke arah Timur.
Petugas Senkom Mitra Polri Hani Agus Gunawan menuturkan, kepadatan akibat kenaikan volume kendaraan roda dua tampak di jalur nasional/ non tol Palimanan, Cirebon sampai terminal Harjamukti, Cirebon.
"Kepadatan didominasi roda dua. Peningkatan terjadi menjelang sore. Diperkirakan, sampai malam ini masih akan meningkat," ujarnya.
Kenaikan volume kendaraan roda dua juga diprediksi terjadi di sejumlah moda penyebrangan. Seperti Ketapang-Gilimanuk dan Merak-Bakaheuni.
Di sisi lain, untuk mencegah kepadatan arus lalu lintas di ruas jalan tol dan nasional, pembatasan mobil barang mulai diberlakukan kemarin (21/6). Jenis angkutan barang dengan berat melebihi 14 ribu kilogram, kendaraan barang lebih dari dua sumbu dan kendaraan angkutan barang dengan kereta gandengan resmi dilarang melintas.
"Pembatasan operasional ini berlaku sampai 29 Juni 2017 atau H+3 lebaran nanti. Kecuali untuk angkutan BBM, BBG, ternak, sembako, pengangkut mudik motor gratis dan hantaran posa," ujar Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenhub JA Barata.
Barata mengatakan, Ditjen Perhubungan Darat telah memasang rambun-rambu pembatasan operasional mobil barang ini.
Pihaknya juga sudah bekoordinasi dengan pihak Kepolisian untuk bisa menertibkan kendaraan yang melanggar ketentuan. (idr/mia/jun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penumpang di Bandara Supadio Melonjak 42 Persen
Redaktur & Reporter : Soetomo