AS Tak Kirim Utusan ke Forum Jalur Sutera

Kamis, 25 April 2019 – 13:02 WIB
Forum Jalur Sutera Tiongkok kedua di Beijing. Foto: AFP

jpnn.com, BEIJING - Forum Belt and Road Initiative (BRI) berlangsung di Tiongkok hari ini, Kamis (25/4). Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut ingin menggunakan pertemuan kali kedua itu untuk menjaring lebih banyak rekanan dalam menciptakan jalur sutra abad 21. Sebuah ambisi besar yang selalu dilawan Amerika Serikat (AS).

Juru bicara Kedutaan Besar AS untuk Tiongkok pun angkat bicara sehari sebelum forum dimulai. Mereka menampik pernyataan Menlu Tiongkok Wang Yi yang menyebutkan bahwa diplomat AS dan utusan beberapa negara bagian AS bakal datang. "AS tak punya niatan untuk mengirimkan utusan ke forum Belt and Road," ujarnya kepada Agence France-Presse.

BACA JUGA: Trump Sesumbar Tak Bisa Dimakzulkan

Dia menegaskan, sampai saat ini, posisi AS belum berubah. Presiden AS Donald Trump dan pemerintahannya menganggap proyek tersebut hanyalah jebakan yang dipasang Tiongkok untuk mengambil untung dari negara lain. Karena itu, mereka terus mengimbau negara lain agar bisa ikut menolak proposal yang ditawarkan Xi.

"Kami berharap semua negara memastikan diplomasi ekonomi mereka sesuai dengan norma dan tolok ukur internasional," ungkapnya.

BACA JUGA: Korut Ngambek ke Amerika, Korsel Kena Batunya

Pada forum jalur sutra pertama yang diselenggarakan 2017 lalu, AS masih mengirimkan penasihat Gedung Putih Matt Pottinger. Namun, sikap mereka berubah setelah AS memasuki perang dagang. Mereka berusaha memojokkan Tiongkok dari berbagai sektor.

Tiongkok pun sempat menanggung akibat dari kampanye AS. Beberapa negara yang telanjur menandatangani kerja sama BRI merasa menyesal. Mereka menghapus atau menangguhkan kontrak. Namun, beberapa sudah kembali merangkul Tiongkok. Malaysia baru-baru ini melanjutkan proyek East Coast Rail Link (ECRL) MYR 44 miliar atau sekitar Rp 149 triliun.

BACA JUGA: Pemimpin Kelompok Supremasi Kulit Putih Tewas Didor Istri

Belum lagi, beberapa rekanan baru yang cukup mentereng. Salah satunya, nota kesepahaman yang ditandatangani Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte. Keputusan negara G7 itu masuk ke kelompok jalur sutra langsung membelah Eropa. "Pemerintah koalisi di Roma seakan ingin memberikan jari tengah kepada Uni Eropa," ujar Direktur China Institute di London's School for Oriental and African Studies Stephen Tsang.

Hari ini Conte bakal membawa kontingen anti-Uni Eropa dari Eropa menuju Beijing. Mereka, antara lain, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban dan Perdana Menteri Austria Sebastian Kurz. Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras juga ikut dalam rombongan. Yunani sudah bergantung kepada Tiongkok sejak mereka dibiarkan mengatasi krisis moneter oleh Uni Eropa.

"Negara-negara tersebut memang lebih miskin dan sering dianggap negara kelas dua," ujar Philippe Legrain, peneliti European Institute di London School of Economics.

Sementara itu, negara-negara Eropa lainnya seperti Prancis, Jerman, dan Spanyol masih wait and see. Mereka hanya mengirimkan pejabat setingkat menteri ke acara tersebut. Mereka masih mempertimbangkan peringatan AS tentang risiko bekerja sama dengan raksasa ekonomi dari Timur itu.

Dalam forum tersebut, Indonesia juga mengirim delegasi. Wakil Presiden Jusuf Kalla yang memimpin perwakilan Indonesia sudah tiba di Beijing kemarin. (bil/c22/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kakek 71 Tahun Didakwa Memerkosa 100 Bocah


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler