WASHINGTON - Bukan hanya pasukan anti-Muammar Kadhafi yang mengalami pukulan karena terus terdesak loyalis pemerintahPasukan koalisi juga mengalami cobaan berat kemarin (1/4)
BACA JUGA: Empat Negara Berebut Umar Patek
Itu terjadi setelah keputusan Pentagon "Kementerian Pertahanan Amerika Serikat" menarik seluruh pesawat tempurnya dari Libya hari iniTak pelak, seperti dilansir Associated Press, keputusan tersebut langsung menuai beragam kritik
BACA JUGA: Tak Takut Radiasi, TKI Tetap Dikirim ke Jepang
Termasuk dari dalam ASBACA JUGA: Kecam Invasi Libya, FUI Demo Kedubes AS
Dengan melimpahkan komando serangan udara kepada NATO, Washington terkesan tunduk kepada keinginan Kadhafi"Momentum yang dipilih sungguh sangat tepat," sindir Senator John McCain
Mantan lawan Obama pada Pemilihan Presiden AS 2009 itu menyesalkan serah terima kepemimpinan yang justru dilakukan saat pasukan yang loyal kepada Kadhafi mencapai sukses besarMenurut politikus Partai Republik tersebut, saat ini peran AS sebagai pemimpin koalisi justru sangat dibutuhkanSedangkan beberapa politisi lain juga menganggap kebijakan itu aneh dan membingungkan
Menghadapi serbuan kritikan tersebut, Menteri Pertahanan Robert Gates dan Kepala Staf Gabungan Laksamana Mike Mullen di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat dan House of Representatives menjelaskan, keputusan itu diambil karena pihaknya skeptis terhadap keterlibatan Negeri Paman Sam dalam misi udara atas Libya
Sebab, dengan menggempur Kadhafi dan pasukannya, pasukan koalisi tidak bisa lepas dari kemungkinan mempersenjatai gerilyawan anti- pemerintahItu berarti terbuka peluang bagi AS untuk berkomitmen dalam misi jangka panjang yang mahal
Selain menghabiskan banyak uang, keterlibatan AS dalam serangan udara yang digagas Prancis dan Inggris itu akan mengakibatkan militernya terperangkap dalam misi tanpa ujungNah, untuk menghindari komitmen jangka panjang yang melelahkan dan mahal itulah, keputusan tadi diambil
Pentagon tak ingin melibatkan pasukan AS dalam misi lanjutan di LibyaAntara lain, dalam bentuk memberikan pelatihan militer kepada gerilyawan anti-Kadhafi atau mempersenjatai mereka.
"Sebenarnya, saya berharap, keputusan AS menarik diri dari serangan udara di Libya itu tidak mengejutkan banyak pihakTapi, saya sadar, saat ini bukanlah waktu yang tepatSebab, pasukan Kadhafi sedang menuai banyak kemenangan," papar Gates seperti dikutip Associated Press kemarin (1/4)
Kendati demikian, dia yakin bahwa serangan udara koalisi akan menjadi taktik yang paling ampuh untuk membuat Kadhafi bertekuk lututSeperti Obama, Gates pun yakin, Kadhafi akan menyerahCepat atau lambatPasalnya, pasukan koalisi tidak berhenti menyerang kediaman dan beberapa fasilitas penting kubu Kadhafi.
"Meski pesawat penembak AC-130 dan A-10 Thunderbolt kami tarik Sabtu nanti (hari ini), militer AS akan tetap melanjutkan misi dukungan lewat darat," ujar Mullen sebagaimana dikutip Agence France Presse
Tapi, beberapa jet penyerang seperti Air Force F-15, bomber B-2 dan B-1, serta AV-8B Harrier milik Marinir akan tetap siaga di LibyaAS pun bakal bisa langsung mendukung serangan koalisi, kapan pun NATO minta bantuan
Pembelotan Kedua
Sementara itu, menyusul Menteri Luar Negeri Moussa Koussa yang membelot ke Inggris Kamis lalu (31/3), kemarin (1/4) orang dekat Kadhafi lainnya, Ali Abdussalam el-Trekki, juga membelot ke MesirEl-Trekki adalah mantan menteri luar negeri dan duta besar Libya untuk PBB yang telah beberapa dekade masuk lingkar dalam Kadhafi
Berdasar kabar yang beredar, bakal semakin banyak pejabat Kadhafi yang mengikuti langkah Koussa dan el-TrekkiMenteri Luar Negeri Inggris William Hague bahkan berkoar sudah menjalin kontak dengan para pejabat tinggi Libya yang sudah berencana melarikan diri dari Tripoli
Meski kabar tersebut sulit dikonfirmasi, toh rezim Kadhafi khawatir jugaKarena itu, seperti dilansir New York Times, Saif al-Islam Kadhafi, salah seorang putra sang kolonel, mulai membuka kontak dengan Inggris dalam beberapa hari ini
Mengutip salah satu orang dekat Saif, New York Times menyebut bahwa Saif mengirim penasihatnya, Mohammed Ismail, ke London untuk bertemu dengan sejumlah pejabat InggrisTidak jelas agenda pertemuan itu.
"Kami tak akan memberikan komentar apa pun terkait kontak kami dengan pejabat Libya," kata salah seorang juru bicara pemerintah Inggris yang menolak disebutkan namanya(hep/c3/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bom Surat Meledak di Kantor Nuklir Swiss
Redaktur : Tim Redaksi