Juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, menyampaikan kutukan atas serangan tersebut, yang telah menewaskan setidaknya lima staf PBB di mana salah satunya adalah warga AS
BACA JUGA: Indonesia Janji Bantu Perdamaian Afghanistan
Gibbs pun menyebut bahwa serangan tersebut merupakan percobaan untuk mengganggu pemilihan Presiden Afghanistan tanggal 7 November mendatang, namun (percobaan itu) disebut "tak akan berhasil"."Pemerintah (AS) yakin bahwa ada sumber-sumber daya memadai untuk menyelenggarakan pemilu tersebut, serta bahwa keinginan masyarakat Afghanistan tidak akan dapat dihalangi," ungkap Gibbs di hadapan para wartawan, seperti diberitakan Reuters.
Sementara itu, Menlu AS Hillary Clinton yang kebetulan tengah berkunjung ke Pakistan, negara tetangga Afghanistan, saat kejadian itu, turut mengutuk keras serangan bom kaum militan di kawasan pasar tersebut
"AS akan tetap berkomitmen pada dukungannya terhadap PBB, serta pekerjaan vital mereka demi membantu masyarakat Afghanistan," ungkapnya dalam sebuah pernyataan, sambil mengkonfirmasikan bahwa satu orang AS ikut tewas dalam serangan itu.
Sementara itu, di sela upaya me-review strategi perang di Afghanistan, pihak Gedung Putih sendiri belakangan tengah menghadapi isu lain terkait dengan aktivitas mereka di negeri Timur Tengah itu
BACA JUGA: Air pun Dicuri Israel
Setidaknya, Gedung Putih saat ini harus berhadapan dengan sejumlah besar pertanyaan kritis, pasca munculnya sebuah laporan di The New York Times (NYT) yang menyebut bahwa seorang saudara laki-laki Hamid Karzai telah dibayar (digaji) oleh badan intelijen CIA.Ahmed Wali Karzai, nama saudara sang presiden tersebut, sebelumnya diyakini merupakan salah seorang tokoh dalam dunia perdagangan opium di Afghanistan
BACA JUGA: Enam Bulan Terparah bagi Koran AS
Sejauh ini, Gedung Putih masih mengelak menjawab pertanyaan seputar aktivitas CIA tersebut, yang berarti tidak menolak maupun membenarkan laporan itu(ito/JPNN)BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyerbuan Al-Aqsa Dikecam
Redaktur : Tim Redaksi