jpnn.com - Cerita humor tentang tokoh fiktif bernama Mukidi belakangan ini beredar secara viral. Namun, justru kini pemilik nama Mukidi jadi ikut terkenal.
SIGIT ANDRIANTO
BACA JUGA: Pesan PSK di Jogja Bisa Lewat Facebook, Tapi...
PETRUS Mukidi adalah salah satu orang yang ikut terkenal gara-gara humor tentang Mukidi. Ia adalah warga Gemah Selatan II No 28 RT 7 RW 6, Kelurahan Gemah, Pedurungan Semarang. Panggilannya pun Mukidi.
Berkat namanya yang sama dengan tokoh rekaan dalam cerita humor yang beredar di media sosial itu, Petrus Mukidi ikut-ikutan menjadi bahan perbincangan. Bahkan, foto kartu tanda penduduk (KTP) atas namanya kini sudah tersebar di dunia maya, termasuk sudah beberapa kali ditayangkan di stasiun televisi swasta nasional.
BACA JUGA: Parah! 2 Remaja Dihajar Oknum Polisi Sampai Muntah Darah
Saat ditemui Jawa Pos Radar Semarang, Minggu (28/8), pria kelahiran Semarang, 23 April 1972 ini mengaku mengaku baik-baik saja. Ia maraknya cerita lucu tokoh Mukidi secara santai.
”Tahun 80-an, pas zamannya film Warkop (warung kopi) DKI, booming juga nama Mukidi, tapi tidak se-booming sekarang. Saya ingat betul, karena kebetulan saya juga suka dengan film Dono Kasino Indro,” ujar pria dua anak ini.
BACA JUGA: Bandel Sih, Gegayaan Bikin Pesta Narkoba Segala
Ia mengaku namanya sudah digunakan untuk lelucon sejak di bangku SMP. Saat pelajaran Bahasa Inggris, Petrus Mukidi sering ditunjuk oleh sang guru untuk maju ke depan karena dikira pintar berbahasa asing itu.
”Padahal saya nggak bisa bahasa Inggris. Akhirnya dari situ teman-teman sering bikin lelucon dengan nama saya. Oohh dasar Mukidi. Itu Mukidi dicari Bu Siswoyo,” kata pria ramah ini sambil tersenyum mengenang guru bahasa Inggrisnya yang bernama Bu Siswoyo.
Karena namanya sudah sering dijadikan bahan lelucon, Mukidi pun tak kaget. Keluarganya pun menanggapinya secara santai. Keluarga Mukidi memang sangat ramah.
Petrus Mukidi juga menceritakan tentang dirinya yang ikut tiga grup WhatsApp. Semua grup itu pun membahas tentang humor Mukidi.
Namun, Petrus Mukidi tak pernah merasa terganggu. Selain itu, dia sadar betul bahwa Mukidi tidak hanya nama yang dimiliki oleh dirinya seorang.
”Anak-anak saya nggak masalah juga, malah anak laki-laki saya itu teman-temannya pada tanya, ’ayahmu punya pabrik kopi ya?’ Anak saya cuman ketawa saja,” ujar pria asal Jatingaleh ini menyusul banyak beredar meme kopi dengan merek Mukidi.
Nama Mukidi, tuturnya, merupakan pemberian sang kakek yang sudah meninggal. Karenanya ia tidak sempat menanyakan arti namanya ke sang kakek.
”Kalau orang tua mungkin ketika kasih nama tentu saja ada maknanya ya, dan harapannya tentu yang terbaik. Tapi untuk artinya, saya kurang tahu,” katanya sembari membanggakan nama Mukidi.
Ia justru mengaku salut dengan penulis cerita humor Mukidi yang bervariatif. Bahkan dia juga mengikuti cerita-cerita Mukidi di grup WhatsApp yang diikutinya dan menyukai beberapa cerita-cerita yang ada.
Ia menilai penulis cerita tersebut dengan lelucon yang ditulis bisa membuat orang Indonesia terhibur. ”Jangan dilihat dari namanya saja, karena belum tentu nama yang mungkin terkesan ndeso itu orangnya juga ndeso. Belum tentu orangnya seperti kesan yang melekat pada namanya,” ujar manajer perusahaan mebel di Jepara ini.
Mengenai kartu identitasnya yang beredar di media sosial hingga diangkat menjadi pemberitaan di beberapa stasiun televisi, Mukidi mengatakan bahwa itu merupakan hasil keisengan teman-temannya. Salah satu teman yang tergabung dalam ikatan alumni SMP Negeri 5 Semarang memintanya untuk memfoto KTP miliknya.
Karena sedang serius bekerja, ia menuruti begitu saja permintaan temannya tanpa menghiraukan bahwa foto tersebut akan diunggah ke media sosial. Ia tak menyangka bahwa foto KTP-nya akan diunggah ke media sosial hingga menjadi viral.
”Temen saya ada yang iseng, tapi ya ndak papa, mungkin dia juga tidak punya maksud yang jelek. Mungkin hanya sebatas guyonan. Kalau saya sama temen-temen di grup WA SMP itu cukup deket soalnya ya,” katanya.
Hingga kini Petrus Mukidi tidak pernah terganggu dengan cerita humor Mukidi yang beredar di media sosial. Bagi Mukidi, bisa membuat orang tertawa menjadi pahala untuk dirinya.(*/aro/ce1/jpg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Belajar Autodidak, Akhirnya Ekspor Kosmetik Ilegal
Redaktur : Tim Redaksi