Asniah Cerita tentang Sosok Abdurrahman si Penyerang Mapolsek Daha Selatan

Minggu, 07 Juni 2020 – 06:29 WIB
Sebuah mobil patroli polisi hangus terbakar pascapenyerangan di Polsek Daha Selatan, Selasa (2/6/2020). Foto: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/hp.

jpnn.com, HULU SUNGAI SELATAN - Jenazah Abdurrahman (20), pelaku penyerangan Mapolsek Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, telah dimakamkan Jum'at (5/6) siang.

Kepala Desa Baruh Jaya, Kecamatan Daha Selatan, Maslan mengatakan, jenazah dimakamkan di Kuburan Muslimin Dukuh, Desa Panggandingan, Kecamatan Daha Utara.

BACA JUGA: Terduga Teroris Mempawah Ditangkap, Densus 88 Temukan Bahan Peledak hingga Topi Lambang ISIS

Proses penguburan dijaga ketat pihak Polres setempat, melibatkan sekitar 15 personel kepolisian.

"Pemakaman berlangsung seperti biasa, yang berbeda hanya dari segi pengamanan, dihadiri pihak keluarga yakni Ibu dan kakak dari Abdurrahman," katanya saat diminta keterangan, Sabtu (6/6).

BACA JUGA: Penyerang Mapolsek Ditembak Mati, Ditemukan Bendera ISIS di Lokasi

Ibu kandung almarhum, Asniah mengatakan Abdurrahman merupakan anak pria satu-satunya dari empat bersaudara.

Menurut Asniah, selama ini putranya itu tidak pernah menunjukkan perilaku aneh.

BACA JUGA: Intinya, Pemerintah Tak Punya Uang untuk Gaji PPPK

Pihak keluarga tidak mengetahui mengapa Abdurrahman sampai melakukan penyerangan tersebut.

Menurut dia, pada Minggu(31/5), dirinya mengetahui Abdurrahman berencana membawa masuk sepeda motor.

Tidak begitu lama Abdurrahman malah menghilang, ketika dirinya bangun subuh sekitar pukul 04.00 Wita tidak menemukan anaknya.

Keluarga baru mengetahui Abdurrahman menyerang markas Kepolisian Sektor Daha Selatan yang juga mengakibatkan meninggalnya Brigadir Leo Nardo Latupapua pada Senin (1/6) pagi sekitar pukul 09.00 Wita dan informasi itupun diketahui dari media sosial yang beredar.

"Semua barang bukti yang tertinggal dari penyerangan juga tidak pernah kami lihat, dan kami tidak tahu menahu semua barang yang ditemukan polisi, termasuk berbagai atribut diduga ISIS dan senjata tajam (Sajam) tidak dibawa dari rumah saat Abdurrahman pergi," katanya.

Dalam kesehariannya, Abdurrahman jarang keluar rumah kalau tidak ada keperluan.

Saat di rumah anaknya itu banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, dan kalaupun keluar paling ke musala atau bekerja.

Abdurrahman pernah belajar di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Kota Banjarbaru, masuk 2017 dan keluar 2019.

Setelah keluar dari pesantren juga pernah bekerja di Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. Namun tidak lama. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler