jpnn.com, PRINCETON - Sejumlah negara bagian Amerika Serikat telah mengakhiri moratorium penggusuran yang sebelumnya diberlakukan karena pandemi COVID-19. Puluhan juta orang diperkirakan bakal terdampak kebijakan tersebut.
"28 juta orang kemungkinan akan tergusur dalam beberapa bulan mendatang," kata Emily Benfer, salah satu pendiri Eviction Lab Universitas Princeton, sebuah pusat penelitian nasional untuk isu penggusuran.
BACA JUGA: Polisi Malaysia Buru 2.897 Buronan Tes COVID-19
Pemerintah beberapa negara bagian AS memberlakukan larangan penggusuran pada Maret lalu ketika COVID-19 membuat perekonomian negara porak poranda dan jutaan warga Amerika menjadi pengangguran.
Namun, saat ini moratorium tersebut telah berakhir di 29 negara bagian dan sebagian lainnya segera menyusul.
BACA JUGA: Positif Terinfeksi Covid-19, Xavi Hernandez: Saya Akan Diisolasi
Menurut data Eviction Lab Universitas Princeton, larangan penggusuran telah dicabut di sejumlah kota termasuk Houston, Cincinnati, Cleveland, dan St. Louis.
Di Milwaukee, kota terbesar di Negara Bagian Wisconsin, pengajuan penggusuran turun menjadi hampir nol setelah negara bagian tersebut memberlakukan larangan darurat pada Maret lalu. Namun, setelah larangan itu dicabut pada Mei, penggusuran melonjak melewati level sebelum pandemi.
BACA JUGA: Ilham Saputra Bantah Terjadi Klaster KPU terkait Covid-19 di Blora
Sebelumnya, penelitian Federal Reserve Bank of Cleveland menemukan bahwa di 44 kota dan county di AS, pengajuan penggusuran oleh tuan tanah hampir kembali ke level ketika larangan belum diberlakukan.
Perpindahan besar-besaran di tengah wabah coronavirus itu memicu kekhawatiran di kalangan pakar kesehatan.
Keluarga yang kehilangan tempat tinggal menjadi kurang mampu untuk tetap berlindung di tempat, sehingga menciptakan kondisi bagi penyebaran virus secara luas.
"Dalam kasus-kasus ini ketika jaga jarak sosial sulit atau tidak mungkin dilakukan, kemungkinan mereka tertular dan menyebarkan coronavirus meningkat secara eksponensial," kata Diane Yentel, Presiden Koalisi Perumahan Berpenghasilan Rendah Nasional. (xinhua/ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil