Astaga! 890 Hektare Sawah Gagal Tanam Akibat Banjir

Senin, 06 Maret 2017 – 09:41 WIB
GAGAL PANEN: Areal persawahan dan pemukiman penduduk di Pandeglang, Banten terendam banjir akibat hujan yang terus mengguyur sejak Rabu (8/2) malam hingga Jumat (10/2). Ilustrasi by: Yasril/ INDOPOS

jpnn.com - jpnn.com - Banjir yang melanda wilayah Kabupaten Bekasi membuat petani di daerah itu merugi. Sebab, lahan persawahan seluas 890,5 hektare terendam banjir dengan ketinggian air 10-50 centimeter (cm). Akibatnya, ribuan petani gagal panen di tahun 2017.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, Agus Trihono mengatakan 890,5 hektare sawah itu berada di 182 desa. Selama musim banjir ini, kondisi paling parah memang terjadi di 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi.

BACA JUGA: Dilanda Banjir, Disdikbud Terpaksa Liburkan Sekolah

Agus menjelaskan 10 kecamatan itu adalah Cibitung, Tambun Utara, Babelan, Tarumajaya, Tambelang,

Sukawangi, Sukakarya, Pebayuran, Cabangbungin dan Kecamatan Muara Gembong (selengkapnya lihat grafis). ”Yang paling parah sawah yang terendam banjir ada di Kecamatan Muara Gembong dengan luas 222 hektare,” katanya.

BACA JUGA: Hujan Deras, Jalan Penghubung ke Belasan Desa Putus

Karena terendam banjir terlalu lama, menyebabkan gagal panen melanda ratusan hektare lahan persawahan tersebut. ”Kami masih melakukan inventarisir area persawahan yang masih tergenang air akibat banjir yang terjadi sejak beberapa pekan lalu,” cetusnya.

Agus juga mengaku, sudah mengusulkan kepada Kementerian Pertanian agar masyarakat diberikan benih gratis. Langkah itu agar dapat mengurangi beban petani yang menderita kerugian akibat gagal panen karena sawahnya terendam banjir.

BACA JUGA: Banjir Terparah di Limapuluh Kota, Rendam 3 Kecamatan

Namun, kantaya juga, pemerintah daerah berencana memberikan benih bersubsidi. ”Kalau yang subsidi 75 persen jadi petani hanya membayar 25 persennya saja, dan hanya membeli Rp 2.500 per kilogram benih padi. Jadi bisa lebih murah,” jelasnya.

Selain itu, katanya lagi, pemerintah menyarankan petani untuk mengikuti Asuransi Pertanian dengan membayar Rp 35 ribu per Hektar maka akan mendapat premi Rp 6 juta jika sawah miliknya gagal panen seperti yang terjadi saat ini.

Sementara itu, Wakil Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Bekasi, Asep Wawan menambahkan masih banyak petani yang belum mengetahui asuransi pertanian karena kurangnya sosialisasi dari Dinas Pertanian setempat. Padahal Asuransi Pertanian sangat penting untuk membantu petani.

”Kalau sepengetahuan kami memang belum banyak yang mengetahui asuransi pertanian karena minimnya sosialisasi, untuk musim itukan kita bisa antisipasi karena ada kalender musim yang sudah jadi kebiasaan petani,” tambahnya.

Selain itu, kata dia, minim perhatian irigasi juga jadi persoalan. Sebab, kewenangan irigasi tidak hanya pada Dinas Pertanian yang mengurusi irigasi tersier. Sedangkan, kata dia, kewenangan irigasi sekunder ada pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bekasi.

”Selama ini yang jadi perhatian irigasi tersier saja. Sedangkan irigasi sekunder tidak diperhatikan. Jadi perlu ada koordinasi kewenangan setidaknya dilakukan normalisasi atau perbaikan. Sehingga air dari sungai tidak meluap dan ini yang juga menjadi penyebab banjir,” tandasnya. (dny)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Onde Mande, Jalan Lintas Sumbar-Riau Putus Total


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler