jpnn.com - AstraZeneca di Indonesia berkomitmen mewujudkan ambisi nol karbon perusahaan. Salah satunya dengan melakukan transisi pada armada operasional dari kendaraan berbahan bakar bensin menjadi kendaraan listrik ramah lingkungan di Indonesia sejak tahun lalu.
Pada Oktober 2023, AstraZeneca bersama Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi serta mitra lokal meluncurkan program transisi armada operasional AstraZeneca dengan proses transisi berlangsung secara bertahap hingga akhir tahun 2024. Serta berdasarkan distribusi yang akan bergantung pada produksi kendaraan listrik dan kesiapan internal.
Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia Esra Erkomay mengatakan ini merupakan komitmen perusahaan pada lingkungan untuk turut memimpin gerakan dekarbonisasi di sektor kesehatan. Ini ditandai oleh Janji Sustainable Healthcare bersejarah yang dipimpin AstraZeneca selama sesi tematik perusahaan pada Indonesia Sustainability Forum 2023 dan berlanjut hingga Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024.
“Ada fakta baru yang memprediksikan jumlah kematian terkait panas dapat meningkat lebih dari tiga kali lipat tahun 2050 jika kita tidak mengambil tindakan signifikan untuk melindungi planet ini, " kata Esra dalam pernyataan resminya, Minggu (15/9).
BACA JUGA: Bayar Rp 1 Miliar Cuma Dapat 9 Suara saat Pemilu, Caleg PKS Merasa Ditipu
Dia melanjutkan bisa dilihat peningkatan tajam dalam kondisi jantung dan metabolik, kanker, serta penyakit pernapasan yang terkait dengan faktor lingkungan.
Sebagai bukti nyata perusahaan, AstraZeneca telah menargetkan transisi semua armada operasional di Indonesia ke kendaraan listrik atau EV selesai pada akhir tahun. Hingga Agustus, lebih dari 200 kendaraan atau 50 persen sudah dikonversi dengan EV.
BACA JUGA: Dipolisikan soal Perundungan PPDS Undip, Ini Reaksi Menkes Budi
"Estimasi pengurangan dari kendaraan operasional tersebut mencapai hingga 900-ton metrik emisi karbon dan kami mendukung inisiatif pemerintah untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik dengan bermitra bersama produsen kendaraan listrik lokal," ungkap Esra.
Sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap gas rumah kaca (27%), yang masih didominasi oleh bahan bakar fosil. Mengurangi emisi karbon di sektor transportasi adalah salah satu agenda utama untuk mencapai target nol emisi Indonesia pada 2060.
Untuk mencapai target pengurangan emisi berdasarkan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) Indonesia, transisi ke sepeda motor listrik atau kendaraan roda dua harus mencapai 1,8 juta pada 2025 dan 13 juta tahun 2030. Kendaraan roda empat harus mencapai 0,4 juta pada 2025 dan 2 juta tahun 2030.
Lebih lanjut Esra menyampaikan bahwa transisi armada AstraZeneca ke kendaraan listrik merupakan inisiatif keberlanjutan yang mencerminkan komitmen AstraZeneca terhadap Janji Sustainable Healthcare. Menurut dia, untuk memenuhi target layanan kesehatan nol karbon tidak bisa dilakukan sendirian.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rachmat Kaimuddin menegaskan kegagalan melakukan transisi energi bisa berdampak negatif pada perekonomian nasional. Pasalnya, permintaan pasar global, termasuk domestik, kini makin mengarah pada produk yang rendah emisi karbon.
"Jika tidak melaksanakan transisi energi di berbagai sektor, ini akan mengancam progres dari pertumbuhan ekonomi kita sendiri," ungkap Rahmat.
Rachmat menyebut, upaya transisi menuju nol emisi karbon (Net Zero Emissions/NZE) harus dipercepat demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Langkah ini tidak hanya penting untuk lingkungan, tetapi juga sebagai strategi penting dalam mempercepat kemajuan ekonomi nasional.(esy/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad