BACA JUGA: Lelang Blok Migas Tak Laku
’’Itu lebih merefleksikan situasi sebulan ini,’’ ujarnya di Jakarta.Menurut Ani, sapaan Sri Mulyani, proyeksi yang terjadi di seluruh dunia, mengenai masalah global ekonomi yang turun menyebabkan kemungkinan nilai equilibrium ada di sekitar USD 133 per barel.
Karena itu, lanjut dia, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) periode 2009 diproyeksikan akan ada di kisaran USD 128 – 129 per barel
Saat rapat kabinet pada 22 Juli, pemerintah memang sudah mengeluarkan beberapa asumsi yang akan dipakai dalam perhitungan APBN 2009
BACA JUGA: BA Segera Akuisisi Tambang di Kalimantan
Yakni, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2 persen, inflasi 6,5 persen, tingkat suku bunga untuk SBI 3 bulan 8,5 persen nilai tukar di 9.100 rupiah, asumsi harga minyak USD 140 per barel, dan produksi siap jual atau lifting minyak sebesar 950.000 barel per hari.Ani menambahkan, meski menurunkan asumsi harga minyak, namun untuk menjaga segala risiko dalam harga minyak, pemerintah tetap akan menjaga dana cadangan risiko fiskal dengan asumsi harga di USD 160 per barel
Menurut Ani, cadangan risiko fiskal ini disiapkan dalam APBN jika ternyata asumsi harga minyak jauh melebihi dari target.
Terkait turunnya harga minyak dunia terhadap APBN 2008, Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR Soeharso Monoarfa mengatakan hal itu memang sedikit melegakan Indonesia yang berpredikat sebagai net importer
BACA JUGA: BNI Salurkan Kredit Kemitraan Rp105 M
Beban subsidi akan sedikit lebih ringan, namun tetap saja APBN belum aman.Menurut dia, turunnya harga minyak memang berdampak positif bagi APBN, sebab akan meringankan potensi pembengkakan subsidi’’Lumayan, tapi tetap belum aman,’’ ujarnya.
Soeharso mengatakan, ada beberapa factor yang mempengaruhi postur APBNDi sisi pengeluaran, subsidi BBM dan listrik terkait erat dengan harga minyak dan volume konsumsiSedangkan dari sisi penerimaan, terkait erat dengan angka lifting atau produksi siap jual minyak’’Jadi, harga minyak hanya satu dari tiga factor dominant,’’ katanya.
Dia menyebut, jika tren turunnya harga minyak dunia bisa berlanjut dan bertahan di kisaran USD 110 per barel, maka harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price bisa diharapkan berada di kisaran USD 100 per barel, atau tidak terlalu jauh dari asumsi APBN-P 2008 sebesar USD 95 per barel.
Soeharso mengatakan, harga minyak jelas tidak bisa dikontrolKarena itu, yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengamankan APBN adalah berkonsentrasi pada dua factor lainnya, yakni konsumsi BBM dan lifting minyak’’Dua ini yang harus dijaga,’’ terangnya.
Menurut dia, pemerintah harus benar-benar focus pada dua hal tersebutSebab, jika sampai salah satau atau apalagi dua-duanya meleset, maka APBN bisa dipastikan akan jebol
Karena itu, lanjut Soeharso, sepanjang semester II ini, pemerintah harus berupaya keras menekan konsumsi BBM agar tidak terus membengkak’’Kalau pembatasan dengan smart card tidak jadi dilakukan, maka harus ada program penghematan lain, konversi minyak tanah ke elpiji juga harus digenjot,’’ paparnya.
Soeharso menambahkan, factor penting lain yang harus mendapat perhatian serius adalah target angka lifting minyak yang sebesar 927.000 barel per hariDia mengatakan, potensi pembengkakan di sektor pengeluaran harus diimbangi dengan tambahan di sektor penerimaan.
Karena itu, lanjut dia, sebagai langkah antisipasi seandainya konsumsi BBM subsidi membengkak dan harga minyak tetap berada di level tinggi, maka realisasi lifting minyak harus di atas target APBN-P 2008’’Minimal harus 960.000 barel per hariInilah tugas pemerintah, terutama BPMigas,’’ tandasnya. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank Asing Tertarik Proyek 10 Ribu MW
Redaktur : Tim Redaksi