JAKARTA — Meski mengaku sudah berupaya untuk menunggu stabilnya kondisi global, namun sepertinya pemerintah tidak bisa lagi mempertahankan asumsi makro dalam APBN 2011 karena dinilai sudah tidak relevan.
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, pemerintah saat ini mulai menyiapkan skema revisi asumsi makro APBN 2011Alasannya, karena lonjakan harga minyak dunia dan penguatan rupiah terhadap dolar AS yang semakin menekan asumsi makro APBN 2011 yang sudah diketok bersama DPR RI.
"Yang kita diskusikan harus realistis
BACA JUGA: Indonesia Timur Diterangi 10 Pembangkit Baru
Karena melihat ICP (harga minyak) sudah jauh dari perkiraanMeski naiknya harga minyak itu juga menambah pemasukan bagi APBN, namun pengeluaran untuk subsisi juga melonjak
BACA JUGA: Terus Terapresiasi, Kurs Rupiah Direvisi
Selain itu, target lifting minyak Indonesia sebesar 970 ribu barel per hari diperkirakan juga akan meleset."Lifting tampaknya meleset
Karenanya Hatta berharap, melsetnya target lifting tidak sampai melebihi angka 10 ribu barel per hari
BACA JUGA: Infrastruktur Minim, Investor Lari
Saat ditanya alasan tidak tercapainya target, menteri yang juga Ketua Umum PAN ini enggan untuk menjawabnyaYang penting, katanya, segala usaha dan upaya akan dilakukan untuk mencapai target.Yang hampir dipastikan mengalami revisi dalam asumsi makro APBN 2011 adalah harga minyak (ICP) dan nilai tukar rupiahNamun Hatta mengaku tidak berwenang melakukan spekulasi.
"Tugas Menko ekonomi bukan meramal inflasi tapi mengendalikan inflasiJangan berspekulasi dengan inflasi karena ada ekspektasi inflasi yang berbahaya," katanya.
Sementara dari asumsi pertumbuhan ekonomi (Growth), Hatta justru optimis bisa melebihi targetBila dalam asumsi dipatok 6,4 persen, pemerintah memprediksi angka pertumbuhan bisa mencapai 6,7 persen.
"Tapi lebih bagus kita biarkan 6,4 persen karena kita prudent (berhati-hati)Tidak terlalu konserfatif, tapi tidak terlalu over optimistik jugaKita sependapat untuk menjaga harga energi, harga pangan dan tekanan terhadap inflasi," kata Hatta.
Sedangkan penguatan rupiah terhadap dolar AS yang saat ini di bawah Rp9.000, Hatta menyebutnya sebagai hal positifHanya saja tetap ada kekhawatiran, penguatan rupiah akan menggangu ekspor
"Sepanjang pesaing kita mengalami penguatan juga, maka penguatan rupiah akan mengurangi beban bunga kita dan beban ekonomi lainnyaPenguatan rupiah juga menunjukkan indikator makro kita itu bagus," kata Hatta.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KEN Wacanakan Kebutuhan Investasi Rp 4000 T
Redaktur : Tim Redaksi