jpnn.com, JAKARTA - Penyakit gerd atay anxiety menyebar di beberapa kalangan usia produktif, bahkan pada remaja.
Gejalanya dikenal dengan istilah panic attack yang diawali rasa tidak nyaman di badan, jantung berdebar disertai khawatir berlebihan, seperti mau mati tanpa alasan jelas.
BACA JUGA: Awas Gagal Paham, Ini Beda Serangan Jantung & GERD
Menurut riset yang dilakukan oleh Erik wibowo, pendiri Yayasan Anxiety Care Indonesia, sebagian besar penderita mengeluhkan gerd, maag, dan dyspepsia.
Ketika gejalanya kambuh, penderita sering memutuskan untuk langsung pergi ke IGD karena saking khawatir dengan kesehatannya.
BACA JUGA: Anak-anak Muda di Indonesia Mengalami Eco-anxiety Akibat Kerusakan Lingkungan
"Gejala tersebut diperburuk dengan adanya gangguan mental General Anxiety Disorder (GAD), yaitu keeadaan jiwa yang membuat penderita sering mengalami cemas berlebih," kata Erik pada webinar peringatan Hari Kesehatan Mental Dunia, beberapa waktu lalu.
Sebagai penderita gerd dan anxiety sejak 2008, Erik pun menulis tiga buku tentang cara sembuh dari penyakit tersebut. Sejak 2018, dia membuat kanal YouTube yang berisikan cerita dirinya bisa sembuh.
BACA JUGA: 3 Minuman Sehat untuk Menurunkan Asam Lambung yang Aman Bagi Penderita GERD
Erik Wibowo juga aktif sebagai narasumber di berbagai media, pembicara, pengajar, dan motivator khusus untuk masalah gerd dan anxiety.
Lalu, pada tahun 2020 saya mulai mendirikan Yayasan Anxiety Care Indonesia (ACI) sebagai wadah untuk menampung para penderita penyakit itu di seluruh Indonesia.
"Moto kami adalah 'we survive together'. Kami bisa saling sharing, menguatkan, sembuh, dan tumbuh bersama agar hidup seperti orang normal pada umumnya," tutur Erik.
Para member menggunakan metode 4P, yakni menjaga pola makan, pola hidup, pola pikir, dan pola sifat untuk membantu kesembuhan.
Erik mengungkapkan metode 4P fokus untuk menyembuhkan gejala fisiknya terlebih dahulu, tanpa menggunakan obat obatan.
"Hal ini berbeda dibanding metode psikologi dan psikiater yang fokus untuk menyembuhkan mental terlebih dahulu," jelasnya. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh