Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) terus mendorong anggotanya melakukan initial public offering (IPO).
BACA JUGA: Punya Aset Rp 10 Triliun, BTPN Syariah Segera IPO
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani menilai banyak perusahaan yang mempunyai kapasitas untuk melantai di bursa.
Kemampuan tersebut, misalnya, diukur dari omzet yang cukup tinggi, yakni di atas Rp 500 miliar per tahun.
BACA JUGA: BEI di Mata Bamsoet, Antara Geliat Banteng dan Beringin Kuat
Pengukuran juga mengenai prospek bisnis yang sangat bagus dan telah mempunyai brand awareness yang kuat meski omzetnya tidak terlalu besar.
’’Dari 14.000 anggota, kira-kira ada 100 yang bisa IPO (initial public offering). Kami memang selalu mendorong anggota supaya mau IPO,’’ ujar Hariyadi, Selasa (20/2).
BACA JUGA: Selasar BEI Ambrol, Sandi Wacanakan Bentuk Tim Khusus
Apindo pun sering menyosialisasikan manfaat IPO. Di antaranya, perusahaan bisa mendapatkan alternatif pendanaan, ketertiban pelaporan keuangan lebih baik, dan image perusahaan lebih dipercaya oleh investor.
Namun, beberapa hal membuat para pengusaha enggan melakukan IPO.
Di antaranya, pengusaha merasa teknis dan syarat IPO sangat rumit.
’’Aturan-aturannya makanya, itu yang membuat sulit. Selain itu, ada beberapa perusahaan keluarga yang perlu digabung. Nah, kalau perusahaan keluarga menjadi terbuka kan mereka khawatir lebih disorot,’’ ujarnya.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, tahun ini BEI menargetkan 35 perusahaan melantai di bursa.
Saat ini jumlah emiten di bursa tercatat 568 perusahaan.
’’Banyak perusahaan yang mengaitkan kondisi di bursa dengan suku bunga acuan,’’ ujarnya. (rin/c19/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Usut Insiden di Bursa Efek Indonesia, Polri Libatkan 2 Ahli
Redaktur & Reporter : Ragil