jpnn.com, JAKARTA - DPP PDI Perjuangan (PDIP) menerima audiensi dari Kelompok Masyarakat Adat dan Penghayat Kepercayaan kepada Tuhan YME di tengah pelaksanaan pendidikan dan pelatihan untuk guru kader tingkat nasional.
Pertemuan ini merupakan penegasan komitmen mempertahankan Indonesia sebagai bangsa spiritualis dalam wadah Pancasila.
Sekjen Hasto Kristiyanto bersama Wasekjen Arif Wibowo menerima puluhan perwakilan kelompok dari seluruh Indonesia di kantor pusat partai di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Sabtu (24/4).
Dalam acara itu, Hasto menjelaskan bahwa PDIP berkomitmen untuk terus menjadi rumah kebangsaan untuk Indonesia Raya.
BACA JUGA: Sekjen PDIP: Pahami Sejarah Bung Karno dan Wujudkan Perjuangannya
Dia menceritakan pengalamannya tentang Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang selalu mengajarkan kader partai soal olah alam rasa. Sebab Indonesia adalah negeri spiritual.
Dia banyak membeberkan cerita mengenai Indonesia sebagai negeri spiritual. Misalnya, saat Hasto mendapat arahan dari Megawati soal penjabat sekjen yang harus menghadapi publik terkait isu apapun harus diolah agar antara apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan (olah rasa) selalu sana. Di situlah hakekat suara hati nurani.
BACA JUGA: Hasto: Semoga Kami Bisa Mewujudkan Ajaran Bung Karno di Tengah Pandemi Ini
Hasto juga bercerita soal bagaimana di abad 7, ada tokoh Buddha bernama Dharmakirti, yang hidup di masa Sriwijaya, lewat filsafat Dharma, membawa ajaran Yogachara yang terbukti menjadi jembatan di antara Tantrayana dan Mahayana.
"Itulah wujud basis Indonesia sebagai negeri spiritual. Itulah yang dikatakan oleh Bung Karno bahwa Pancasila digali dari Bumi Indonesia," kata Hasto.
Menurutnya, dengan tradisi agraris yang penuh dengan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta, manusia bisa memahami mengapa akulturasi kebudayaan selalu terjadi di agama Budha, Hindu, Islam, Kristen, dan lain-lain.
"Hal ini karena nusantara yang begitu indah penuh dengan falsafah ketuhanan. Sedangkan sebagai negara kepulauan, nusantara menjadi tempat persilangan peradaban besar dunia,” ucap Hasto.
Dia mengatakan apa yang terjadi di Nusantara dengan spiritualitas yang hidup, menempatkan pentingnya kesatu paduan pikiran, hati dan rasa. Kita punya nilai dasar bagaimana menghayati dan melatih diri lewat olah alam rasa.
Hasto lalu menyebutkan hasil penelitian yang menemukan soal peribahasa Nusantara yang selalu mengajarkan nilai alam rasa yang sama, walau disampaikan dengan bahasa daerah berbeda. Peribahasa Nusantara itu mengajarkan nilai toleransi, kepemimpinan, dan lain-lain.
"Betapa sebenarnya kita sebagai bangsa hebat dengan tradisi leluhur yang cerminkan spiritualitas kita sebagai bangsa, yang jadi kultur dan pandangan hidup," kata Hasto.
Lewat pertemuan ini, Hasto mengatakan PDIP ingin meneguhkan komitmen untuk kembali menggali nilai otentik khas Nusantara itu.
Sebagai rumah kebangsaan untuk Indonesia Raya, PDIP bersama pemerintahan Jokowi juga melindungi lewat pengakuan negara di kolom KTP untuk penghayat kepercayaan.
Hal ini penting, kata Hasto, karena Indonesia menghadapi adanya kekuatan yang tak memahami Indonesia sebagai negara dengan tradisi spiritualitas yang begitu berwarna.
"Kita di sini disatukan tekad untuk membumikan Pancasila sebagai the way of life. Kami akan terus mengembangkan dialog agar penghayat kepercayaan juga diperlakukan sama tanpa diskriminasi. Namun seperti kata Bung Karno, semangat persatuan dan kesatuan harus dikembangkan," tambahnya.
Perwakilan dari kelompok Masyarakat Adat dan Penghayat Kepercayaan, Hadi Prajoko, mengatakan pihaknya mengajukan sejumlah hal sebagai hasil pertemuan puluhan kelompok di Jawa Barat, sejak 21 April lalu.
Pertama, pihaknya mendorong pemahaman kebudayaan sebagai aspek seni pertunjukan, namun juga landasan budi pekerti dan tuntunan hidup.
Kedua, dinamika lapangan para penghayat, membutuhkan suatu bentuk tempat pendidikan budaya spiritual dan pamujan sebagai upaya pembentukan budi pekerti luhur, imbuh Hadi.
Ketiga, pentingnya payung hukum perlindungan atas terselenggaranya nilai luhur bangsa, khususnya terkait kehidupan masyarakat adat dan penghayat kepercayaan.
Keempat, perlu adanya penugasan lembaga negara yang mengurusi masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia. Institusi perlu dibentuk beradab dan bermartabat.
Kelima, Masyarakat Adat dan Kelompok Penghayat mendorong agar salam 'Rahayu' menjadi salam nasional bersama salam agama lainnya.
Wasekjen Arif Wibowo menyatakan pihaknya memahami bahwa harmoni sosial Indonesia yang hidup sejak jaman Nusantara harus dipertahankan. Hal itu juga merupakan upaya menjaga keindonesiaan.
Karenanya, PDIP berkomitmen memperjuangkan aspirasi Masyarakat Adat dan Kelompok Penghayat itu.
"Aspirasi ini akan kami perjuangkan, sehingga bagaimana memelihara keberlangsungan, saya kira harus kita upayakan," pungkas Arif Wibowo. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia