Bagi sebagian besar warga Australia, kesempatan yang ditawarkan Indonesia hanyalah sebatas Bali.

Namun kenyataannya, negara tetangga terdekat dengan negara bagian Western Australia (WA) atau Australia Barat ini memiliki lebih banyak hal yang bisa ditawarkan.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Korban Selamat Gempa Maroko Kesulitan Dapat Air dan Makanan

Pertambahan jumlah penduduk Indonesia, yang saat ini saja sudah 10 kali lipat penduduk di Australia, ikut mendorong pertumbuhan ekonomi yang pesat, dan memberikan peluang besar bagi negara-negara lain untuk ikut serta dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan akan berada di posisi kelima besar dunia.

Sekarang jadi waktu yang tepat, saat pemerintah Australia Barat berjuang untuk memperbesar cakupan penghasilannya, lebih dari yang sekedar didapatkan dari bijih besi atau perdagangan dengan Tiongkok.

BACA JUGA: BMKG Minta Masyarakat Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia

Lihat saja apa yang dimiliki Indonesia.

Peluang bisnis yang beragam? Ada.

BACA JUGA: Undangan dari Presiden Bharat Menimbulkan Spekulasi Jika India Akan Mengubah Namanya

Pertumbuhan populasi dengan jumlah kelas menengah yang semakin besar? Ada.

Siswa yang ingin sekolah di luar negeri? Ada.

Namun sejauh ini, Australia Barat masih tidak menyadarinya.

Bulan Agustus lalu, Indonesia, menjadi pasar ekspor terbesar kedelapan bagi Australia setelah Amerika Serikat, Singapura, Thailand, dan Korea Selatan.

Indonesia masih mengungguli negara lain yang dianggap memiliki peluang besar, misalnya India.

Ekspor terbesar Australia ke Indonesia tahun lalu adalah minyak bumi, bijih besi, dan gandum, yang digunakan untuk membuat mie instan.

Dari AU$3,8 miliar yang diperdagangkan antara Indonesia dan Australia Barat, sebagian besar mengalir ke Australia, bukan sebaliknya.

Ini adalah hal yang ingin diubah Indonesia, yakni menciptakan kerja sama dua arah.

Salah satu alasan utamanya adalah karena bisnis di Indonesia, seperti di kebanyakan negara Asia lainnya, sangat mengandalkan hubungan antar kedua negara.

Namun hubungan dari kedua sisi negara belum terbangun dengan baik.

Contoh permasalahan yang pernah muncul adalah seputar ekspor ternak hidup, baik pada tahun 2011 maupun beberapa minggu terakhir.

Ross Taylor, adalah seorang warga Australia yang sudah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mencoba mengembangkan hubungan Australia Barat dengan Indonesia, termasuk sebagai Komisaris Pemerintah Australia Barat untuk Indonesia.

Ia mengatakan perubahan terbesar yang diperlukan adalah mengubah cara kedua belah pihak bekerja sama.

"Kalau kita hanya menganggapnya hubungan transaksional, maka hubungan tersebut akan selalu rapuh," katanya.

"Kita perlu beralih dari pola pikir transaksional ke pola pikir tentang bagaimana kita membangun kemitraan."

"Dan ini dilakukan dengan mengenal orang Indonesia lebih jauh dan menghilangkan anggapan kalau mereka adalah orang asing di lingkungan tetangga."

Hal ini juga jelas menjadi fokus Roger Cook.

Roger pernah berkunjung ke Indonesia tiga kali dalam setahun terakhir, termasuk saat ini sebagai Premier, atau kepala pemerintahan negara bagian, di Australia Barat, untuk mencoba dan membangun hubungan yang diharapkannya akan turut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam kunjungan terakhirnya minggu ini ke Konferensi Tingkat Tinggi Bisnis dan Investasi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), ia menyetujui delegasi perdagangan terbesar yang pernah ada di Australia.

"Saya kira kita sebelumnya tidak menghargai pentingnya berkunjung berulang kali untuk membangun hubungan tersebut," katanya dalam acara tersebut.

"Karena keakraban dalam hubungan itulah yang menurut saya mendorong kepercayaan diri."

Tujuan akhirnya jelas.

Tapi yang tidak mudah itu adalah bagaimana mencapainya, dan setiap orang punya pemikiran masing-masing bagaimana bisa ke arah sana.

Pemerintah Australia fokus membangun hubungan bisnis di bidang-bidang mineral, karena Australia Barat pada dasarnya memiliki sumber daya yang dibutuhkan untuk merakit baterai kendaraan listrik, dan Indonesia berkeinginan untuk memproduksi baterai tersebut.

Berbagi teknologi pertambangan adalah bidang yang ingin dieksplorasi oleh Menteri Energi Australia Barat Bill Johnston.

"Mereka berada di pulau-pulau, dan kita berada di daerah-daerah terpencil di negara bagian ini, ini jadi tantangan yang sama: menyediakan listrik yang dapat diandalkan, layanan air yang dapat diandalkan di lokasi-lokasi terpencil," ujar Bill.

"Kami yakin  memiliki keterampilan dan teknologi yang tepat untuk bekerja sama dengan Indonesia guna mengatasi tantangan mereka di sektor energi di Indonesia bagian timur."

Pemimpin Partai Liberal Libby Mettam ingin agar komisaris perdagangan Indonesia yang berdedikasi dibentuk kembali untuk membantu membina hubungan yang lebih baik antara dunia usaha dan pemerintah.

Pemerintah menghapuskan posisi-posisi tersebut setelah mengambil alih kekuasaan dan malah membentuk tim-tim kecil di setiap negara yang dipimpin oleh para komisaris yang mewakili wilayah Asia, bukannya tiap-tiap negara.

Parlemen Australia baru merilis 20 rekomendasi tentang apa yang perlu dilakukan, di antaranya: menetapkan komisioner perdagangan yang diinginkan oleh pihak oposisi, mengembangkan branding yang lebih baik dan memperbanyak pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah di Australia Barat.

Departemen Pendidikan mengatakan meski jumlah siswa yang belajar Bahasa Indonesia menurun pada tahun 2015, jumlah siswa sekarang terus bertambah, dengan ada 38.969 siswa yang belajar Bahasa Indonesia di tahun lalu.

Sayangnya, menurut Ross para siswa tidak melanjutkan studi Bahasa Indonesia setelah mereka masuk universitas, karena ada satu pertanyaan yang mengganjal.

"Apakah pengetahuan bahasa ini akan membantu mendapatkan pekerjaan? Dan jawaban di Australia Barat adalah tidak," kata Ross.

"Bisnis di sini memandang Indonesia sebagai orang asing di lingkungan tetangga, melihatnya hanya sebatas pembeli dibandingkan [mitra].

"Perlu ada perubahan pola pikir masyarakat terhadap negara tetangga Australia di wilayah utara dengan tidak hanya menerima pembelajaran bahasa dan pemahaman budaya, namun membawa hubungan yang ada ke tingkat yang lebih dalam di mana pengusaha mulai, misalnya, melihat menempatkan pebisnis Indonesia dalam dewan direksinya dan mempekerjakan mereka."

Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Kasus Pelecehan Seksual di Agen Pencarian Bakat Jepang

Berita Terkait