Banyak restoran di Queensland serta negara bagian lain di Australia terpaksa memangkas jam operasional karena kekurangan staf yang parah yang dipicu oleh kurangnya pekerja asing.
Dewan Industri Pariwisata Queensland menyebut krisis ini bakal menghambat pemulihan industri pariwisata negara bagian dengan ibukot Brisbane tersebut.
BACA JUGA: Bertemu Wagub Sulteng di Perbatasan, Gubernur Gorontalo: Larangan Mudik Berjalan Sukses
Mereka menyerukan agar para pekerja terampil dai negara lain diperbolehkan kembali ke Queensland, namun RAPBN yang disampaikan pemerintah pekan ini merencanakan pembukaan perbatasan internasional baru dilakukan tahun 2022.
Data lowongan kerja di Queensland menunjukkan adanya kebutuhan sebanyak 1.008 koki dan juru masak, 256 pekerja di dapur, 398 pelayan bar dan 494 pelayan restoran.
BACA JUGA: Kisah Korban KDRT di Australia: 40 Tahun Hidup Bersama Suami Posesif, Tiada Hari tanpa Pelecehan
Seorang pemilik restoran di Kota Cairns, Craig Squire, biasanya membuka restorannya tujuh hari seminggu sejak 1994.
Restoran yang terletak di tepi sungai itu kini hanya buka enam hari.
BACA JUGA: Permintaan Terakhir Rhys
Meskipun telah memasang iklan terus menerus, namun Craig belum juga menemukan staf yang dibutuhkan.
"Banyak orang kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19, jadi mereka meninggalkan industri ini," katanya kepada ABC.
"Tanpa kehadiran backpacker dan mahasiswa internasional, kami sangat mengalami kekurangan staf," ujar Craig.
Dia mengatakan telah menyampaikan aspirasinya kepada anggota parlemen negara bagian dan federal, namun belum ada hasilnya.
"Solusi terbaik untuk wilayah ini adalah mengembalikan 1.200 hingga 1.500 mahasiswa asing ke Kota Cairns," katanya.
Pengusaha restoran lainnya, Angelica Jolly, mengaku belum pernah mengalami kekurangan staf seburuk ini selama menjalankan usahanya di Kota Brisbane selama 25 tahun.
"Kami menerima sejumlah pelamar namun mereka tidak pernah muncul," ujarnya kepada ABC.
Angelica mengaku memperkerjakan mahasiswa asing sebelumnya, dan menyebut di situlah solusi permasalahan ini.
"Harus ada solusi untuk krisis terkait visa (untuk bisa datang ke Australia)," katanya.
"Ibaratnya kita punya orang yang bekerja selama enam bulan tapi kemudian harus pergi. Kenapa kita tidak bisa memperpanjang visa mereka?" ujar Angelica.
Akibat kekurangan staf ini, dia terpaksa mengurangi layanan dan memperkirakan omset restorannya turun sekitar 20 persen.
Angelica telah mencoba berbagai solusi seperti menjajaki peluang untuk berbagi staf dengan pengusaha lainnya, serta mempekerjakan anaknya sendiri.
"Saya tiba pada titik harus mempekerjakan anak saya sendiri, yang bisa jadi merupakan hal terbaik, atau terburuk, yang pernah saya lakukan," ujarnya. Peserta magang tidak cukup
Kebijakan pemerintah saat ini yaitu memberikan subsidi magang di bidang-bidang yang kekurangan pekerja trampil, termasuk di bidang memasak.
Namun kalangan industri ini menilai hal itu merupakan solusi jangka panjang. Kualifikasi koki Sertifikat III misalnya, membutuhkan waktu tiga tahun.
Sekitar 300 mahasisa kini ikut kursus di berbagai sekolah kejuruan di Queensland, termasuk Ashley Groom yang ikut pelatihan di daerah South Bank Brisbane.
"Saya memulai sebagai juru masak. Ibu saya seorang koki, saudara perempuanku juga koki," ujar Ashley.
"Saya suka berada di dapur dan saya menyukai orang-orangnya," tambahnya, seraya menyebut kursusnya akan selesai pada Juli tahun depan.
Direktur sekolah kejuruan TAFE Queensland, Pat Dennis, mengakui tidak ada mahasiswa yang ikut dalam program magang untuk mengisi lowongan kerja saat ini.
"Industri ini terus berkembang dan kami tidak dapat memenuhi permintaan staf," jelas Pat.
Sementara itu Dirut Dewan Industri Pariwisata Queensland Daniel Gschwind mengatakan kurangnya tenaga kerja akan menghambat pemulihan pariwisata di sana.
Pihaknya mengaku sedang mencari solusi termasuk mendatangkan pekerja asing ke Queensland.
"Mungkin ada peluang untuk mendatangkan pekerja asing dari daerah yang memiliki keterampilan tinggi di bidang perhotelan, seperti dari Bali dan negara-negara Pasifik," kata Daniel.
Pada hari Minggu (9/05/2021), Menteri Perbendaharaan Negara (Treasurer) Josh Frydenberg mengumumkan rencana alokasi anggaran $1 miliar untuk pelatihan dan pemenuhan kekurangan tenaga kerja.
Dia menyebutkan program Pelatihan Kerja akan diperpanjang selama 12 bulan lagi dan ribuan pengusaha menawarkan kursus gratis atau berbiaya rendah untuk melatih mereka bekerja di sektor yang mengalami kekurangan pekerja.
Selain itu, program magang saat ini juga dapat diperluas.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jembatan Kaca di Tiongkok Hancur, Wisatawan Terjebak di Tengahnya