Pekerja musiman di sektor pertanian Australia yang berasal dari Timor Leste telah diperbolehkan untuk keluar dari negara ini dan nantinya bisa kembali lagi.
Salah satu di antaranya yaitu Helder Dias Ferreira, yang baru saja menyelesaikan musim panen kedelapan di perkebunan Desert Springs Farm.
BACA JUGA: Wiraswasta yang Mengawali Karier di Usia 50 Lebih Berhasil ketimbang Para Pemuda
Akibat COVID-19, dia telah berkeliling Australia bekerja memetik buah melon dari satu perkebunan ke perkebunan lainnya.
"Saya telah keliling Australia memetik melon," ujar Helder kepada ABC.
BACA JUGA: Australia Diminta Ikut Mengawasi Aksi Densus 88 di Papua
"Pertama, saya ditempatkan di sini (Desert Springs). Setelah musim panen selesai, saya pindah ke perkebunan di Katherine," katanya.
Selanjutnya, dari Katherine, Helder kemudian pergi ke negara bagian New South Wales. Juga untuk bekerja di perkebunan melon di sana.
BACA JUGA: Mengintip Kesenjangan Luar Biasa Antara Kedua Sisi Perbatasan Israel-Gaza
“Sepanjang musim panen, saya hanya memetik melon. Artinya, sepanjang tahun saya tidak ada waktu istirahat,” ucapnya sambil tersenyum.
Ia mengatakan istri dan dua anaknya di Timor Leste telah merindukan dirinya, meski setiap saat selalu menjalin komunikasi melalui media sosial.
"Mereka selalu menanyakan, ayah kapan pulang?" ujarnya. Panen terakhir musim ini
Setelah hampir 20 bulan bekerja di Australia dan jauh dari keluarganya, Helder kini telah mendapatkan lampu hijau untuk pulang. Izin ini perlu jika nantinya ingin kembali lagi ke Australia.
"Saya sudah rencanakan akhir Juni atau minggu pertama Juli untuk pulang," ujarnya.
"Saya akan menghabiskan waktu bersama keluarga selama tiga bulan, kemudian akan kembali ke pertanian ini untuk musim panen pada bulan Oktober," kata Helder.
Upah yang lebih baik dan kondisi kerja yang menguntungkan di perkebunan seperti Desert Springs di Australia, merupakan daya tarik tersendiri bagi pria asal Timor Leste ini.
Pembatasan sosial akibat pandemi di Australia yang tak kunjung berakhir tak bisa menyurutkan keinginan Helder.
"Saya sangat menyukai tempat ini. Saya ingin sekali kembali demi masa depan yang lebih baik bagi keluarga kami," ujarnya.
"Saya telah membeli tanah dan membangun rumah (di Timor Leste) untuk istri dan anak-anak saya. Saya bekerja keras di sini untuk keluarga," kata Helder. Biasanya hanya enam bulan
Desert Springs Farm, 170 kilometer di selatan Tennant Creek, merupakan salah satu perkebunan melon terbesar di Australia Tengah yang terletak di hamparan tanah merah dan padang rumput yang luas.
Manajer perkebunan itu, Paul McLaughlin, menyebut para pekerja di sana tahun ini sebagian besar berasal dari Timor Leste dan Vanuatu.
"Kami mempekerjakan dua orang backpacker dan 22 pekerja musiman," jelasnya.
Para pemetik melon musiman biasanya datang ke Australia selama enam hingga sembilan bulan dalam setahun. Mereka bekerja pada musim panen untuk mendapatkan upah yang layak yang sebagian besar dikirim ke keluarga mereka.
Namun, ketika mereka tiba pada Oktober 2019, tak ada yang menyangka mereka akan tinggal di Australia selama lebih dari 19 bulan.
Ketika virus corona menjadi pemberitaan internasional pada Maret tahun lalu, disusul dengan penutupan perbatasan, perjalanan pulang ke Timor Leste dan Vanuatu pun menjadi sulit bagi pekerja musiman yang masih di Australia.
"Sangat sulit bagi mereka. Ada salah satu yang berada di sini selama sekitar tujuh bulan sementara istrinya punya bayi. Dia belum bisa pulang untuk melihat anaknya," kata Paul. Sudah seperti keluarga sendiri
Meskipun 19 bulan berlangsung dalam beberapa musim panen melon, para pekerja juga dapat bekerja di tempat lain di Australia agar tetap memiliki kesibukan.
Paul McLaughlin mempekerjakan mereka ini secara konsisten di perkebunannya dari tahun ke tahun. Mereka sudah seperti keluarganya sendiri.
"Sebenarnya saya agak sedih mengantarkan mereka naik bus karena mereka seperti keluarga bagi kami," ujarnya.
"Mereka sudah menganggap tempat ini rumah mereka sendiri," kata Paul.
Ia berharap mereka bisa masuk kembali ke Australia pada musim panen berikutnya.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Setelah Ratusan Nyawa Melayang, Hamas dan Israel Akhirnya Capai Gencatan Senjata