Australia telah mengecam Korea Utara setelah negara ini mengatakan bahwa pihaknya telah berhasil menguji rudal balistik antarbenua baru, yang mampu menyerang "berbagai belahan dunia".

Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, menyebut aksi tersebut sebagai tindakan provokatif yang melanggar banyak resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

BACA JUGA: Otoritas Pemilu Papua Nugini Tolak Nyatakan Pemilu Gagal

"Korea Utara terus mengancam tetangganya sekaligus merongrong keamanan regional dan global," kata Menlu Bishop dalam sebuah pernyataan.

"Kepentingan jangka panjang Korea Utara paling baik dilakukan dengan menghentikan program nuklir dan misilnya serta berfokus pada peningkatan kehidupan masyarakatnya yang sangat menderita."

BACA JUGA: Class Action Mengenai Vagina Implan di Australia

Pernyataan tersebut mempertegas ucapan Bishop setelah uji coba rudal Korea Utara pada bulan April.

Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengunjungi Australia ketika uji coba tersebut terjadi dan mengumumkan bahwa "era kesabaran strategis" telah berakhir.

BACA JUGA: Polisi Australia Temukan Uang Rp 16 M Dalam Koper di Gudang Sydney

Menlu Bishop mengatakan, Korea Utara "berada di jalur untuk mengejar kemampuan senjata nuklir dan kami yakin Kim Jong-un memiliki ambisi yang jelas untuk mengembangkan rudal balistik antar benua yang mampu membawa muatan nuklir sejauh AS".

"Itu berarti, Australia akan menjadi jangkauannya," ujar Menlu Bishop.Australia dinilai mengekor AS

Komentar tersebut membuat marah Korea Utara, yang menyebut bahwa penempatan marinir AS di Darwin sebagai bukti persiapan perang.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan, Australia "dengan tekun mengekor langkah Amerika Serikat secara membabi buta".

"Jika Australia terus mengikuti langkah AS untuk mengisolasi dan mengekang Korea Utara ... ini akan menjadi tindakan bunuh diri untuk masuk dalam jangkauan serangan nuklir dari kekuatan strategis Korea Utara," kata juru bicara tersebut. Peluncuran ini adalah uji coba rudal terbaru dari Korea Utara.

Reuters: Kim Hong-Ji

Menteri Perindustrian Pertahanan Australia, Christopher Pyne, menanggapi dengan mengatakan bahwa lokasi marinir AS di Darwin adalah sebuah kebijakan pemerintah yang telah berjalan lama.

"Ini sama sekali bukan persiapan untuk melakukan perang di Semenanjung Korea," katanya.

"Jelas, kami ingin menghindari tindakan militer semacam itu dan kami ingin Korea Utara berperilaku sebaik yang mereka bisa, seperti warga negara internasional yang masuk akal.”

Menteri Pyne mengutarakan, "Itu berarti mengakhiri pengujian rudal mereka dan tidak mempersiapkan perang nuklir baik dengan Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan atau pihak lain dalam hal ini."

Pada bulan April, ia mengatakan, Korea Utara belum memiliki kemampuan untuk menempatkan hulu ledak nuklir pada sebuah rudal balistik yang akan menjangkau Australia.

"Dan salah satu alasan mengapa pemerintahan Trump mempertegas sikapnya terhadap Korea Utara adalah untuk menghindari Korea Utara memiliki kemampuan itu," kata Pyne.

"Dan untuk alasan itu, Australia mendukung tindakan Amerika Serikat dengan sangat kuat.”

"Dan kami meminta China untuk mengambil peran utama sebagai negara dengan pengaruh paling besar atas Korea Utara, dalam mewujudkannya."

Kebijakan pertahanan Australia yang dirilis tahun lalu mengatakan bahwa Korea Utara akan terus menjadi sumber utama ketidakstabilan kawasan.

Dokumen tersebut memeringatkan bahwa perilaku mengancam dari Korea Utara meliputi program senjata nuklir, uji coba rudal balistik, dan proliferasi senjata pemusnah massal dan sistem pengiriman mereka.

Kebijakan itu menyebut Pyongyang berusaha untuk merancang krisis, "seringkali menggunakan ancaman eskalasi nuklir atau uji coba rudal balistik, untuk mencoba mengekstraksi bantuan dan konsesi dari masyarakat internasional".

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterbitkan: 16:50 WIB 04/07/2017 oleh Nurina Savitri.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

BACA ARTIKEL LAINNYA... PM Malcolm Turnbull Yakin Akan Tetap Bertahan

Berita Terkait