Sensus Australia tahun 2021 mengungkapkan bahwa untuk pertama kalinya, tidak sampai setengah warga Australia mengaku beragama Kristen atau Katolik.
Padahal, 43,9 persen partisipan sensus mengatakan bahwa populasi kekristenan merupakan kepercayaan yang paling umum di negara tersebut.
BACA JUGA: Pasar Gelap Vape Nikotin Makin Berkembang di Australia
Sementara itu, jumlah warga Australia yang mengaku tidak beragama naik sampai angka 38,9 persen, dari 30,1 persen di tahun 2016.
Lebih tepatnya, jumlah orang tidak beragama yang di tahun 1996 adalah sekitar 2,9 juta orang, naik menjadi 9,8 juta orang di tahun 2021.
BACA JUGA: Dalam Hal Jumlah Migran ke Australia, India Ungguli Tiongkok
Di tahun 1996, warga Australia yang mengaku Kristen adalah lebih dari 12 juta orang. Sementara di tahun 2021 turun menjadi sekitar 11 juta orang.
Sensus ini diadakan di Australia lima tahun sekali dan jatuh pada tahun 2021, dan dilakukan pada bulan Agustus di tengah memburuknya pandemi COVID-19.
BACA JUGA: Gangster Bunuh-bunuhan di Australia, Satu Orang Ditembak 10 Kali
Ketika itu, dua kota terbesar di Australia yaitu Sydney dan Melbourne sedang melakukan 'lockdown'. Warga yang tinggal di pedalaman New South Wales, Victoria, dan Canberra juga sedang berencana melakukannya.
Walau demikian, ahli statistik Australia, David Gruen, mengatakan sensus tersebut berjalan dengan lancar.
Tingkat partisipasi rumah tangga juga meningkat dari 95,1 persen lima tahun lalu, menjadi 96,1 persen tahun lalu.
"Sensus ini dilakukan di masa yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Australia dan memberikan gambaran unik tentang populasi selama pandemi COVID-19, yang berbeda dari sensus sebelumnya," kata Dr Gruen.
Sekitar empat dari lima rumah tangga mengirimkan jawaban mereka secara online.
Biro Statistik Australia (ABS) mulai menerbitkan hasil sensus hari ini (28/06) dan merilis lebih banyak data dalam beberapa bulan mendatang.
Informasi tersebut membantu pemerintah meningkatkan layanan mereka, dan membantu peneliti dan bisnis dalam lebih memahami masyarakat.
Christian Tirtha, pendeta Indonesian Christian Church (ICC) Melbourne, mengatakan tidak terkejut melihat hasil sensus tersebut.
"Saya bahkan cukup lega melihat ini karena sekarang ada bukti based on data jumlah mereka yang sebenarnya menganut agama Kristen atau tick the Christian box dan mereka yang non-religious," kata Pendeta Tirtha.
Sensus di Australia tidak menyediakan pilihan "non-religious" atau tidak beragama sampai tahun 1991.
Pada sensus tahun 2016, pilihan tersebut dipindahkan ke bagian atas pilihan di sensus.
"Sebetulnya dulu mereka tidak punya opsi lain selain Kristen, yang artinya Kristen itu loosely defined [lemah definisinya]," tambahnya.
"Jadi misalnya orang dibaptis atau dibesarkan Katolik, atau ke gereja cuma pas Natal sama Paskah atau pemakaman, juga akan memilih Kristen [sebagai agama dalam formulir sensus]."
Sementara itu, Ketua Keluarga Katolik Indonesia (KKI) Melbourne Christian Pandjaitan melihat sendiri bagaimana persentase umat Katolik kini "lebih sedikit" daripada gereja khususnya di wilayah keuskupan agung Melbourne.
"Dari hasil sensus ini yang paling mengejutkan adalah persentase yang berimbang antara penganut agama Kristen dengan yang tidak menganut agama, hampir 50-50," katanya.
"Dan ini tentu saja merupakan tantangan yang sangat besar terutama bagi kehidupan jemaat di Australia." Harapan para petinggi gereja
Christian Pandjaitan dari KKI Melbourne merasa pada saat ini program untuk memperkenalkan agama dari usia dini "sangat kurang" di Australia.
"Itu berbeda dengan Indonesia. Karena di Indonesia landasan nomor satunya agama, atau Ketuhanan Yang Maha Esa," katanya.
Salah satu langkah yang perlu diambil gereja menurutnya adalah untuk menjadi "agile" atau lebih cekatan, menurut Christian.
"Gereja harus memastikan agar umat dapat berkontribusi dalam pelayanannya," katanya.
"Mungkin sekarang seharusnya gereja melihat bagaimana pandangan umat menanggapi injil. Dan tentu saja ketika gereja semakin tahu umatnya, akan terjadi dua interaksi satu sama lain.
"Jadi tidak komunikasi satu arah."
Sementara itu, Pendeta Tirtha berpendapat bahwa gereja dan umatnya "harus kembali ke akar dari kepercayaan" mereka untuk bisa mempertahankan dan mewariskan iman.
"Saat ini ada pergerakan untuk memutus sejarah pengaruh kekristenan terhadap masyarakat Australia," katanya.
"Tapi itu semua justru mendorong gereja secara umum sehingga orang Kristen mau enggak mau harus menghidupi imannya secara nyata." Kepercayaan dan tradisi keluarga berubah
Kristen adalah agama yang dianut 90 persen warga Australia sampai pada tahun 1966, ketika pengaruhnya sedang kuat-kuatnya.
ABS mengatakan arus migrasi telah mempengaruhi tren tersebut, meskipun kebanyakan perubahan disebabkan oleh semakin banyaknya kepercayaan ateis dan sekuler.
Pendeta Tirtha menyadari bahwa, berbeda dengan Amerika Serikat, Australia negara yang lebih sekuler.
Apalagi dengan munculnya internet dan media sosial, yang memudahkan orang-orang untuk mencari informasi serta terpapar pengaruh dunia hiburan.
"Secara umum, kita tahu setidaknya di Australia, gereja itu bisa dibilang tidak dihormati secara sosial, misalnya [setelah adanya kasus] abusers yang sempat dimuat dalam media dan menurut saya ini yang benar-benar kelihatan," katanya.
"Ini adalah beberapa yang menyebabkan orang menjadi keberatan untuk terlibat dalam hal apa pun yang berbau gereja atau keagamaan."
Namun, mengutip hasil survei Lembaga McCrindle, Pendeta Tirtha mengatakan secara umum masyarakat Australia "masih memiliki sikap positif terhadap kekristenan."
"Walaupun masyarakat kita semakin sekuler, tetapi secara umum orang Australia masih terbuka untuk berbicara tentang spiritualitas dan kepercayaan," katanya.
Agama yang mengalami pertumbuhan jumlah penganut tercepat adalah Hindu (2,7 persen populasi Australia) dan Islam (3,2 persen), meskipun jumlahnya tetap minoritas kecil.
Sensus 2021 merupakan pendataan pertama sejak pernikahan sesama jenis dilegalkan di Australia di tahun 2017.
Hampir 24.000 dari pernikahan ini tercatat secara resmi.
Namun, pernikahan sendiri menjadi kurang lazim di Australia.
Puluhan tahun lalu, tepatnya pada 1991, 56,1 persen orang Australia yang berusia di atas 15 tahun tercatat menikah. Jumlahnya namun turun menjadi 46,5 persen saat ini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Kiprah Bea Cukai di Organisasi Kepabeanan Dunia