Dipti Ray dan keluarganya pindah secara permanen ke Australia dari India pada tahun 2020.

Perempuan berusia 36 tahun itu menghabiskan waktu di Australia untuk bekerja satu dekade lalu, tetapi tidak membayangkan di sinilah dia akan berakhir.

BACA JUGA: Gangster Bunuh-bunuhan di Australia, Satu Orang Ditembak 10 Kali

"Saya kembali ke India karena keluarga saya dan semua orang ada di sana ... Saya tidak pernah benar-benar berpikir untuk kembali ke Australia," kata Dipti kepada ABC.

"Tapi terutama setelah punya anak, kami pikir kami akan memiliki peluang yang lebih baik di sini."

BACA JUGA: Begini Kiprah Bea Cukai di Organisasi Kepabeanan Dunia

Meskipun pindah saat COVID memunculkan lebih banyak tantangan bagi Dipti, suaminya, dan anaknya yang berusia empat tahun dengan senang hati menetap di kawasan Glen Waverley di timur Melbourne.

Keluarga Dipti adalah bagian dari komunitas India yang berkembang di Australia.

BACA JUGA: Di Balik Putusan Roe v Wade Mengenai Aborsi 50 Tahun Lalu, Ada Cerita Seorang Perempuan Malang

Ada tambahan hampir 220.000 orang yang melaporkan bahwa mereka lahir di India dalam sensus terbaru, dibandingkan dengan ketika sensus sebelumnya dilakukan pada 2016, menurut data Biro Statistik Australia yang dirilis hari ini (28/06).

Ini berarti India menyalip Tiongkok dan Selandia Baru untuk menjadi negara kelahiran terbesar ketiga, di belakang Australia dan Inggris.

Dan secara total, lebih dari 1 juta orang telah bermigrasi ke Australia sejak sensus 2016.

Dipti mengatakan ada komunitas besar India yang terhubung dengan keluarganya untuk kegiatan budaya, tetapi dia juga melihat pengakuan yang lebih luas dari perayaan tradisional India.

"Ada banyak pemberitaan ke festival ini - saya tahu Diwali adalah hal yang besar," katanya.

"Jadi bukan hanya komunitas India, tetapi juga komunitas Australia yang memprakarsai festival dan perayaan ini."

Sensus — kuesioner rumah tangga nasional yang dilakukan setiap lima tahun — berlangsung pada Agustus tahun lalu di tengah pandemi COVID-19 yang memburuk.

Data mengungkapkan bahwa hampir setengah dari semua orang Australia (48,2 persen) memiliki orangtua yang lahir di luar negeri, dan lebih dari seperempatnya sendiri lahir di luar negeri.

Sebagai perbandingan, 45,5 persen orang Australia memiliki setidaknya satu orangtua yang lahir di luar negeri pada tahun 2016.

Warga Australia juga diminta untuk melaporkan hingga dua "keturunan" - terpisah dengan pertanyaan tentang negara kelahiran.

Inggris tetap menjadi akar keturunan nenek moyang yang paling umum (33 persen), diikuti oleh Australia (29,9 persen), Irlandia (9,5 persen), Skotlandia (8,6 persen) dan Tiongkok (5,5 persen). Komunitas Nepal tumbuh berlipat ganda

Tren migrasi penting lainnya adalah pertumbuhan populasi Nepal, yang meningkat dua kali lipat sejak sensus sebelumnya.

Nepal memiliki peningkatan terbesar kedua dalam hal negara kelahiran, dengan tambahan 67.752 orang.

Pranab Shrestha datang ke Australia pada tahun 2014 untuk menyelesaikan gelar masternya di bidang teknik.

Dia akhirnya tinggal dengan visa migran terampil.

"Saya punya rencana untuk kembali ke negara asal saya, tetapi bisnis keluarga kami yang ada di sana tidak berhasil," kata Pranab kepada ABC.

"Jadi saya merasa lebih baik bertahan demi peluang kerja dan pilihan untuk kehidupan yang lebih nyaman."

Angka terbaru dari Departemen Dalam Negeri menunjukkan bahwa sejak 2017, mayoritas migran Nepal memasuki negara bagian dan teritori Australia dengan visa nominasi terampil dan visa pasangan.

Pranab mengatakan sudah ada komunitas Nepal yang cukup besar di mana dia tinggal di barat laut Melbourne, tetapi akhir-akhir ini dia melihat komunitas itu berkembang.

"Ketika kami pergi ke pertokoan, Anda dapat mendengar lebih banyak orang berbicara dalam bahasa kami," katanya.

Pria berusia 37 tahun itu mencoba berbicara bahasa Nepal sebanyak yang dia bisa dengan kedua putrinya, yang lahir di Australia.

Mereka juga menjalankan adat tradisional Nepal mereka.

Bagi Pranab, dia dapat bertransisi dengan nyaman ke dalam kehidupan di Australia, karena ada sistem yang membantunya di sepanjang jalan.

"Anda bisa mendapatkan banyak informasi yang dengan mudah tersedia dan itu cukup untuk memandu Anda," katanya. Bahasa Mandarin tetap paling banyak digunakan

Meskipun India menyalip Cina untuk menjadi negara kelahiran terbesar ketiga, bahasa Mandarin tetap menjadi bahasa yang paling umum digunakan di rumah selain bahasa Inggris.

Hampir 700.000 orang dilaporkan berbicara bahasa Mandarin di rumah, diikuti oleh bahasa Arab dengan sekitar 367.000 orang.

Punjabi mengalami peningkatan terbesar sebesar 80 persen sejak 2016, dengan lebih dari 239.000 orang Australia sekarang menggunakan bahasa tersebut di rumah.

Data sensus 2021 mengumpulkan informasi tentang lebih dari 250 keturunan dan 350 bahasa.

"Informasi yang dikumpulkan dalam sensus memberikan data penting untuk membantu merencanakan layanan dan dukungan bagi komunitas yang beragam secara budaya dan bahasa di tingkat lokal," kata kepala statistik Biro Statistik Australia, David Gruen.

"Misalnya, dengan memahami kelompok penduduk yang berkembang di daerah mereka, kelompok masyarakat dapat memberikan layanan dalam bahasa di tingkat lokal."

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyewa Rumah Semakin Tertekan Akibat Kenaikan Biaya Hidup di Australia

Berita Terkait