Tiga puluh orang karyawan dari berbagai sektor di Industri sapi Indonesia akan bekerja di industri peternakan Australia selama 6 minggu sebagai bagian dari pelatihan intensif mengenai sistem produksi sapi.Program pelatihan ini didanai oleh Kemitraan Daging Merah atau Red Meat Partnership melalui program beasiswa dari pemerintah Australia (Australia Awards program). Pelaksanaan pelatihan ini dikoordinir oleh Fakultas Ilmu Pertanian dan Lingkungan Universitas New England. Koordintor Training, Peter Fitzgerald mengatakan program ini bertujuan membangun pengetahuan teknis para peserta yang terlibat dalam produksi sapi Indonesia melalui pendekatan teori dan juga praktek langsung. "Ada banyak ternak Australia yang dikirimkan ke Indonesia dan berasal dari Industri sapi di Utara Australia,” kata Fitzgerald. "Jadi jika kita bisa memastikan praktek terbaik juga diikuti di Indonesia berdasarkan pelatihan yang dilakukan di Australia maupun di Indonesia, maka akan menghasilkan win-win solusion untuk Australia dan Indonesia." Dia mengatakan para peserta pelatihan akan sangat sibuk selama mengikuti kegiatan berdurasi 6 pekan ini. "Minggu-minggu pertama akan difokuskan pada teori, prinsip-prinsip produksi peternakan sapi,” kata Fitzgerald. "Kita kemudian akan melakukan peninjauan lapangan dan akan melakukan kunjungan ke sejumlah feedlots di Glen Innes dan Toowoomba. "Kemudian, sebagian dari peserta pelatihan akan ke Longreach dan sebagian lagi akan ke dikirim ke Emerald dimana mereka akan terjun langsung untuk mengasah kemampuan mereka menangani ternak sapi dan pengelolaan pakan ternak,” Salah seorang peserta pelatihan, dokter hewan, Fitri Sulistyowati, mengatakan upaya Pemerintah Indonesia saat ini ditujukan untuk meningkatkan populasi sapi nasional berarti sektor daging sapi lokal perlu dikelola lebih efisien. "Kami memiliki populasi penduduk yang tinggi sehingga kita perlu meningkatkan populasi ternak," kata Dr Sulistyowati. "Australia memiliki metode produksi yang berbeda, dari padang rumput ke sistem penggembalaan dan sistem peternakan, dan nutrisi ternaknya juga sangat berbeda di Indonesia." Imam Mahdi bekerja untuk sebuah koperasi susu yang menghasilkan 82 ton susu per hari dan 2.000 untuk 3.000 anak sapi jantan setiap tahun. Anak-anak sapi itu secara tradisional dilihat sebagai beban oleh karena nya tidak lama setelah lahir biasanya akan langsung dijual, tapi Mahfudi tengah berusaha untuk mendorong peternak susu perah untuk menjaga dan membesarkan anak-anak sapi mereka guna dialihkan ke pasar daging sapi. "Kami melihat ada peluang disana,” kata Mahfudi. "Kebanyakan peternak di wilayah kami bekerja sebagai peternak sapi perah untuk diambil susunya dan mereka tidak menganggap pasar daging sapi sebagai bisnis yang menguntungkan,’ "Karena kita hanya memilki populasi sapi yang sedikit, seperti dua atau tiga sapi saja, mereka bisanya mengirim sapi jantan ke rumah pemotongan hewan atau dijual kepasar basah,” Menurut Mahfudi salah satu tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan gagasan baru yang lebih produktif adalah tradisi dikalangan para peternak di Indonesia. "Peternakan di Indonesia dikelola sebagai usaha keluarga, jadi peternakan itu dijalankan oleh ayah dan kakeknya,” katanya. "Jadi mereka mengatakan kepada saya 'Mengapa saya harus mendengarkan Anda?’ "Dengan memiliki kelompok petani, kami dapat mengajarkan mereka dengan cara menunjukan langsung kepada mereka daripada hanya memberitahu mereka.” "Cara itu terbukti lebih efektif dalam melakukan transfer informasi dan teknologi,”
BACA JUGA: Dua Jurnalis ABC Terancam Dipidanakan di Malaysia
BACA ARTIKEL LAINNYA... Obat Anti Malaria Diduga Picu Maraknya Kasus Depresi dan Kecemasan di Kalangan Mantan Tentara Australia