Bagi kebanyakan warga di Australia, pekan Natal dan Tahun Baru biasanya dimanfaatkan untuk berlibur.
Ada yang memilih bepergian ke luar negeri, ada juga yang pulang kampung untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
BACA JUGA: Lima Anggota Bali Nine Sudah Kembali dan Akan Hidup Bebas di Australia
Tapi bagi Puspa Wardhani, seorang mahasiswa Monash University asal Indonesia di Melbourne, liburan akhir tahun justru dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
Puspa adalah satu dari banyak warga di Australia yang mengambil pekerjaan 'Christmas casual' selama musim liburan akhir tahun.
BACA JUGA: Sekolah di Australia yang Menutup Program Bahasa Indonesia Terus Bertambah, Ada Apa?
'Christmas casual' adalah pekerja lepasan yang dipekerjakan saat sektor ritel dan pelayanan menghadapi periode sibuk dari bulan November hingga Januari.
"Menurutku, jadi Christmas casual menjadi salah satu opportunity untuk mengisi waktu luang dan habis itu juga dibayar," kata Puspa yang pernah jadi 'Christmas casual' di toko pakaian.
BACA JUGA: Australia Juara Menangkap Pengunjuk Rasa Lingkungan
Tahun ini ada semakin banyak warga di Australia yang tertarik bekerja selama musim liburan, menurut laporan Indeed yang dikutip dari The Canberra Times.
Salah satu alasannya adalah untuk mendapatkan penghasilan tambahan di tengah biaya hidup di Australia yang semakin mahal.
Di bulan Oktober, jumlah lowongan pekerjaan lepasan yang dibutuhkan menjelang Natal meningkat rata-rata 11,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama setahun lalu.
Salah satu perusahaan yang juga membutuhkan banyak pekerja lepasan adalah perusahaan Australia Post, yang membutuhkan 3.000 orang sejak bulan Agustus, menurut laporan sejumlah media di Australia.Tidak perlu punya pengalaman
Tahun ini Racer Rakaputra, seorang siswa kelas 12 asal Indonesia di Brisbane, menjadi punya pengalaman bekerja untuk pertama kalinya dengan menjadi pekerja lepasan.
Ia bekerja lepasan sebagai 'all-rounder' di sebuah restoran Indonesia, meski belum punya pengalaman kerja.
Sebagai 'all-rounder', Racer mengerjakan banyak hal, mulai dari menyambut konsumen, menyiapkan makanan, hingga melakukan bersih-bersih.
Sampai saat ini, Racer bekerja antara delapan hingga lima belas jam per minggu.
"Banyak hal yang harus dipelajari, tapi sangat menyenangkan saat saya melakukannya," ujarnya.
Liana Partogi adalah pemilik restoran Indonesia tempat Racer bekerja.
Menurutnya pengalaman bekerja bukan jadi syarat utama untuk posisi pekerja lepasan di musim liburan akhir tahun.
"Yang penting mau diajar[kan], cepat beradaptasi dan bisa ngikutin SOP [standard operating procedure]," tambah Liana.
Liana mulai mencari pekerja 'Christmas casual' untuk restorannya lewat sosial media sejak bulan November lalu.
"Kita kemarin lewat iklan aja, misalnya kayak dari komunitas grup Facebook itu, itu banyak sekali yang apply," kata Liana.
Meskipun harus bekerja saat teman-teman sekolahnya liburan, Racer mengaku tidak keberatan karena ia punya alasan tersendiri untuk bekerja.
"Ya karena uang … Tapi sebenarnya juga buat masa depan," kata Racer.
"Saya ingin dapat pengalaman sebelum terjun ke dunia kerja yang sebenarnya."
Pekerja lepasan sering kali menerima bayaran lebih tinggi, karena mereka harus bekerja di hari-hari libur nasional dan sering diminta untuk lembur.Batu loncatan untuk jadi karyawan tetap
Puspa kini sudah menjadi 'team leader' di toko pakaian di Melbourne, di mana ia pernah menjadi pekerja lepasan jelang Natal tahun lalu.
Menurutnya, peluang bagi 'Christmas casual' untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih permanen sangatlah besar.
Dari pengalaman Puspa, pekerja lepasan juga biasanya mendapatkan pelatihan yang komprehensif.
Oleh karena itu, lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk mempertahankan pekerja yang sudah memiliki keterampilan daripada merekrut dan melatih yang baru.
"Jadi kalau misalnya … kerjanya oke, pas, reliable pasti kemungkinan di-keep [dipertahankan] besar banget," kata Puspa.
Saat menjadi 'Christmas casual' tahun lalu, Puspa mengatakan ia hanya mendapatkan 'shift' atau jam kerja yang sedikit.
Setelah manajer tokonya melihat kinerja kerjanya yang baik, Puspa dipercaya untuk diberi tanggung jawab lebih.
Puspa mengatakan trik untuk mendapatkan pekerjaan tetap adalah menjadi karyawan yang "dapat diandalkan."
"Be reliable, sama tunjukkan … kalau kalian kerja bukan sekedar untuk kerja, tapi kalian juga peduli sama apa yang kalian kerjain," kata Puspa.
Dr. Angel Zhong, pakar keuangan dari RMIT University, mengatakan perusahaan sering kali memanfaatkan periode liburan untuk menguji calon karyawan tetap.
Salah satunya karena di saat lebih banyak orang yang berbelanja, karyawan lebih banyak menghadapi tekanan, termasuk menghadapi konsumen yang lebih banyak menuntut.
"Karyawan memiliki kesempatan untuk menunjukkan keandalan mereka dan kemampuan untuk menangani situasi penuh tekanan, yang dapat memberikan kesan positif bagi pemberi kerja," kata Angel.Sisi lain dari 'Christmas casual'
Meskipun banyak manfaatnya, termasuk untuk mendapatkan uang tambahan dengan mudah, menjadi pekerja lepasan di musim liburan akhir tahun bukanlah hal yang selalu menyenangkan.
Dari pengalamannya saat pernah menjadi 'Christmas casual', Puspa mengatakan pekerjaannya bisa "melelahkan" saat bekerja di hari-hari dengan pengunjung yang sangat banyak.
Seperti saat 'Boxing Day' atau sehari setelah Natal dengan banyak toko yang menawarkan diskon besar-besaran.
"Line di dalam toko bisa sampai keluar dan mobilisasi masuk toko lebih susah … kondisi store juga lebih berantakan dari biasanya," kata Puspa.
Menurut Angel, salah satu kekurangan dari menjadi pekerja lepasan adalah terbatasnya kesempatan untuk mengembangkan keterampilan lainnya.
"Posisi tersebut biasanya berfokus pada kebutuhan [yang sifatnya] segera daripada untuk kebutuhan jangka panjang," kata Angel.
Angel menambahkan pekerja lepasan saat Natal juga menyebabkan ketidakpastian pendapatan setelah musim liburan berakhir, sehingga membuat pekerja khawatir dan tetap perlu mengandalkan pekerjaan tetap.