jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI), Jaleswari Pramodhawardani mengatakan aksi penyadapan yang dilakukan Australia terhadap presiden dan menteri Indonesia terjadi karena mereka sangat cemas terhadap Indonesia yang bernegosiasi dengan Rusia untuk memperkuat pertahanan laut lewat kapal selam canggih.
"Kalau tidak salah, penyadapan oleh Australia dilakukan sekitar 2009. Saat itu, Indonesia sedang negosiasi dengan Rusia guna membeli dua unit kapal selam kelas Kilo," kata Jaleswari Pramodhawardani dalam diskusi “Menakar Hubungan Indonesia-Australia Pasca Penyadapan” di gedung DPD RI, Senayan Jakarta, Rabu (27/11).
BACA JUGA: NasDem Mulai Jajaki Koalisi dengan PDIP
Melihat rencana pembelian kapal selam itu, lanjut Jaleswari Pramodhawardani, maka buku putih Australia soal pertahanan militernya langsung dirobek. "Pembelian kapal selam itu, jelas menjadi security dilema,” ujarnya.
Dijelaskannya, setiap negara yang memperkuat pertahanan militernya bisa dipastikan akan mengganggu negara tetangganya, termasuk yang ditunjukkan Australia. "Begitupun saat Indonesia membeli Tank Leopard, pastilah baik Singapura maupun Malaysia juga akan bereaksi," jelasnya.
BACA JUGA: Kejagung Cegah Rekan Dokter Ayu ke Luar Negeri
Namun demikian perlu ada kalkulasi lebih jauh, apakah perlu memutuskan hubungan diplomatik dengan Australia.
"Apakah kita sudah bisa hidup tanpa Australia di era globalisasi ini,” tanya Jaleswari Pramodhawardani. (fas/jpnn)
BACA JUGA: Soal Keturunan, Judika-Duma Pasrah
BACA ARTIKEL LAINNYA... Diperiksa KPK, Sutan Bantah Minta Uang Lebaran
Redaktur : Tim Redaksi