Awalnya Dicaci, Akhirnya Diakui dan Dikunjungi Menteri

Omah Ngisor, Rumah Baca di Bawah Kaki Sumbing

Rabu, 01 November 2017 – 22:29 WIB
Marta Adi Putra, pengelola Omah Ngisor saat berada di rumah baca Omah Ngisor. Foto: Putri Yunita for Jawa Pos Radar Kedu

jpnn.com - Berawal dari keresahan lantaran melihat rendahnya minat baca warga, Muhammad Aprianto (35) memutuskan mendirikan perpustakaan bernama Omah Ngisor di Desa Sambak, Kajoran Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Meski awalnya dicibir, Omah Ngisor akhirnya eksis dan diakui.

Agus Hadianto, Mungkid

BACA JUGA: Mendikbud: Indonesia Bisa Maju Bila Kuasai Literasi

SEKILAS rumah tersebut seperti bangunan yang biasa, berdiri di tengah-tengah Desa Sambak, Kajoran Kabupaten Magelang. Namun, setelah masuk ke dalamnya, terlihat tatanan buku di rak yang menggoda untuk dibaca.

Seperti itulah suasana Omah Ngisor yang didirikan Aprianto dan adiknya, Marta Adi Putra, (22). Marta mengisahkan, kakaknya yang akrab disapa Anto mulanya resah ketika melihat rendahnya tingkat literasi pemuda dan pemudi Desa Sambak.

BACA JUGA: Kemendikbud Akan Luncurkan Enam Buku Literasi Dasar

Selain itu, kesenian tradisional yang sempat berjaya di desanya juga sekarat. Akhirnya, terbesitlah keinginan untuk mendirikan sebuah sanggar belajar dan rumah baca di rumah.

Anto bersama pemuda Desa Sambak akhirnya menggalang dana masyarakat untuk membentuk sebuah sanggar belajar. Bermodal 10 eksemplar buku milik Anto dan buku hasil penggalangan dari masyarakat, pada Maret 2008 berdirilah Sanggar Belajar dan Rumah Baca Omah Ngisor.

BACA JUGA: Hadirkan Ruang Hampa demi Ketenangan Bekerja dan Membaca

“Kemudian bertransformasi menjadi Komunitas Baca Omah Ngisor. Nama Omah Ngisor dipilih karena rumah baca tersebut berada di tepi bawah jalan raya,” ungkap pria yang masih melajang ini.

Marta mengatakan, perjuangan kakaknya bersama para pemuda-pemudi Desa Sambak menjalankan Komunitas Baca Omah Ngisor tidaklah mudah. Cemoohan dan hujatan menjadi makanan setiap hari.

Namun semangat untuk membangun Desa Sambak melalui literasi dan kesenian membuat mereka menebalkan telinga. “Banyak yang menghujat kami, ‘iki ki opo to? Kok malah ngejak cah-cah dolan. (ini itu apa sih? Kok malah ngajak anak-anak main, red),” ujar Marta.

Sebenarnya, telinga pendiri Komunitas Baca Omah Ngisor panas. Tapi Anto dan pemuda lainnya tetap berpikir positif dan terus bekerja untuk mengembangkan Omah Ngisor.

Yang ada dalam pikiran mereka adalah bagaimana membuat masyarakat percaya kegiatan Omah Ngisor positif. Upaya itu pun berbuah.

“Lalu kemudian kami menjaring koneksi dengan rekan-rekan sesama penggiat literasi dan mengadakan pelatihan dan bimbingan dengan mendatangkan orang-orang penting seperti perangkat desa sampai Bupati dan Menteri Pendidikan Nasional untuk mengambil hati masyarakat terhadap Omah Ngisor,” jelasnya.

Langkah itu berhasil dan akhirnya banyak masyarakat mendukung adanya Omah Ngisor. Bahkan, banyak yang berbondong-bondong untuk mendonasikan buku.

Selain itu, lanjut Marta, banyak yang akhirnya mengucurkan bantuan berupa buku-buku dengan status pinjam dari berbagai taman baca di wilayah Magelang-Purworejo.

Kini, banyak anggota masyarakat terutama anak-anak yang mengunjungi Omah Ngisor. Kegiatan di Omah Ngisor di antaranya membaca, bermusik, melukis, bermain wayang kertas, dan berlatih menari.

Sedangkan agenda terkini Omah Ngisor adalah menyiapkan lomba menulis buku sejarah Desa Sambak. Tujuannya untuk mengembangkan minat dan motivasi anak-anak untuk menulis serta mengenal lebih mendalam tanah tempat mereka lahir, bermain, dan berkembang.

“Omah Ngisor akan tetap menjadi lentera yang menerangi di bawah kaki Gunung Sumbing. Meskipun berada jauh dari pusat peradaban, namun tetap bisa mendobrak peradaban,” ujarnya.(*/ton)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Banyak Siswa SD sampai Menengah Tidak Bisa Calistung


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler