jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan Festival Literasi Sekolah tahun 2017. Festival ini sebagai ajang perayaan literasi dan menyosialisasikan lebih masif lagi Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
“Literasi kini menjadi perhatian dunia internasional. Kompetensi literasi menjadi tolok ukur bagi kemajuan bangsa, dan menjadi kunci bagi pengembangan sumber daya manusia. Kegiatan Festival Literasi Sekolah ini harus terus dilakukan. Di ruangan ini literasi dirayakan, dan semua terlibat, mari kita rayakan literasi,” tutur Mendikbud Muhadjir Effendy saat membuka festival tersebut di Jakarta, Sabtu (28/10).
BACA JUGA: Kemendikbud Akan Luncurkan Enam Buku Literasi Dasar
Dia mengatakan, gerakan literasi ini harus menyeluruh, komprehensif, dan melibatkan semua pemangku kepentingan. “Gerakan Literasi Sekolah, sebagai bagian dari Gerakan Literasi Nasional, menjadi pilar yang sangat penting karena menaungi siswa dan satuan pendidikan. Jumlahnya yang besar dan tersebar hingga kawasan 3T,” ujarnya.
GLS, lanjutnya, tidak bisa berjalan sendiri. Gerakan ini harus didukung dan bergerak bersama gerakan literasi lain, seperti Gerakan Indonesia Membaca, dan Gerakan Literasi Bangsa. Dengan sinergi yang baik, Gerakan Literasi Nasional bisa mengubah wajah literasi di Indonesia menjadi baik.
BACA JUGA: Seribu Honorer Mogok Mengajar, Begini Repons Muhadjir
"Kita adalah bangsa pemenang. Kalau kita bisa mengembangkan dan memeliharanya, dan menjadikan literasi sebagai kendaraan untuk maju, maka akan menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju dari bangsa lain,” tuturnya.
Pada kesempatan ini, Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad, menambahkan, Festival Literasi Sekolah dilaksanakan sebagai perayaan literasi, dan pada ajang ini semua pemangku kepentingan berkumpul untuk berbagi pengalaman praktik terbaik. Selain itu juga, bertukar informasi, dan menjalin komunikasi.
BACA JUGA: Tiga Tahun Jokowi-JK, Indeks Pembangunan Manusia Meningkat
“Melalui kegiatan festival dan lomba, kami ingin membangun kesadaran kepada masyarakat bahwa literasi adalah bagian dari hidup keseharian. Literasi bukan barang baru dan tidak eksklusif. Literasi tidak hanya untuk dirapatkan dan dilombakan, melainkan pula untuk dirayakan. Literasi adalah kita,” pungkas Dirjen Hamid. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Tahun, Kemendikbud Revitalisasi 132 Museum
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad